Pembinaan Minat Baca Melalui Perpustakaan Umum dan Sekolah
User Education ALUS Goes to School Java Tour di MAN Buntet Pesantren Cirebon |
Pembinaan Minat Baca Melalui Perpustakaan
Umum dan Sekolah
Perpustakaan
sebagai suatu perangkat pendidikan, secara langsung memang sulit dilihat
manfaat yang dihasilkannya.sekolah tanpa perpustakaan tetap berjalan dengan
lancar.
1.1.1
Minat
Baca Masyarakat
Terdapat
kaitan erat antara perpustakaan, perbukuan, dan kebiasaan membaca masyarakat
antara satu dengan yang lain saling tunjang menunjang. Perpustakaan tidak
berfungsi apabila ketiadaan buku-buku atau masyarakat tidak mau membaca dan
menggunakan perpustakaan. Masyarakat juga tidak akan gemar atau terbiasa
membaca bilamana perpustakaan tidak terbina dan berkembang secara wajar.
Buku-buku sulit di dapat dan masih dianggap barang mewah karena harganya
terlalu mahal sehingga tidak tersebar luas ke masyarakat atau pedesaan.
Disinilah
titik masalah yang tajam mengapa kebiasaan membaca masyarakat kita tergolong
rendah. Sesungguhnya minat atau keinginan membaca masyarakat kita tetap ada,
hanya tidak menjadi kebiasaan. Menurut Ayip Rosidi dalam Udang Sudarsana (2010)
mengatakan “menurut hemat saya, kenyataan bahwa mereka masih membaca komik
ataupun cerita-ceritauktikan secara gamblangbahwa pada dasarnya para pelajar
itu mempunyai minat yang cukup menggembirakan akan membaca. Bahwa mereka
membaca komik dan cerita-cerita hiburan yang bersifat pornografis, sebabnya
adalah karena bacaac-bacaan itulah yang tersedia”.
1.1.2
Pembinaan
Minat Baca Masyarakat Melalui Perpustakaan
Perpustakaan
umum baik yang berupa perpustakaan provinsi, perpustakaan kabupaten/kota,
perpustakaan desa, maupun perpustakaan keliling disediakan sebagai sarana public service yang dapat mendorong
kegemaran dan kebiasaan membaca guna menambah pengetahuan masyarakat untuk
memajukan kesejahteraan pribadi, memajukan pendidikan seumur hidup, ekonomi,
serta sosial. Pelayanan yang diberikan tidak terbatas pada orang-orang tertentu
saja, akan tetapi semua orang, semua golongan, semua golongan atau lapisan
masyarakat baik petani, nelayan, pengusaha, buruh, pegawai, siswa, mahasiswa
dan sebagainya baik anak-anak, remaja, tua, muda, laki-laki, perempuan,
masyarakat kota maupun desa, dan sebagainya.
Berbicara
mengenai pembinaan pemakai perpustakaan umum, berarti membicarakan bagaimana
menghadapi, membimbing, dan membina mereka agar akrab dengan buku dan
perpustakaan sehingga mempunyai keinginan secara berkelanjutan untuk
mengunjungi dan membaca semua jenis bahan bacaan yang terssedia diperpustakaan
baik berupa buku, majalah, surat kabar, brosur atau selebaran, maupun
bahan-bahan lainnya.
Pembinaan
pemakai perpustakaan yang sangat mendalam adalah adanya pelayanan yang
betul-betul dapat menjamin ketertiban administrasi, peredaran buku yang wajar
dan merata, keamanan semua bahan pustaka, penumbuhan rasa disiplin anggota
terhadap penggunaan perpustakaan, tertanamnya rasa tanggung jawab bersama
antara pustakawan dan pemakai dalam menggunakan perpustakaan, dan sebagainya.
Apabila
diamati upaya-upaya apa yang perlu dilaksanakan dalam membina minat baca
pemakai perpustakaan umum maka ada tiga faktor yang menjadi sasaran, yaitu
sebagai berikut:
1. Faktor
pembinaan pemakai jasa perpustakaan melalui usaha-usaha, yaitu sebagai berikut:
a.
Menarik minat bacaatau perhatian
masyarakat akan arti dan pentingnya perpustakaan melalui promosi perpustakaan
dengan media massa dan sejenisnya.
b.
Menanamkan minat dan kebiasaan membaca
dengan penyediaan bahan-bahan bacaan yang bersifat hiburan, ringan, dan santai.
c.
Memberikan pelayanan sebaik-baiknya
sehingga setiap mereka datang ke perpustakaan merasa diperhatikan, disediakan
kebutuhan bacaannya, di bantu, di bimbing dan sebagainya.
d.
Dalam menggunakan perpustakaan, para
pemakai selalu mendapat bimbingan terutama dalam menemukan keperluan bahan
bacaan mereka.
e.
Hubungan serta kerja sama yang baik
antara pemakai dan pustakawan di bina secara terus-menerus.
2.
Faktor pembinaan sikap pustakawan selaku
pengelola perpustakaan antara lain:
a.
Tertanam rasa tanggung jawab terhadap
tugas dan mampu mengembangkan tugas yang ada.
b. Penuh
inisiatif, aktif, kreatif, progresif, dalam memajukan perpustakaannya agar
terlihat eksistensi perpustakaannya di masyarakat.
c. Mempunyai
sikap yang ramah, sopan, membimbing, membantu, dan tidak pernah jemu dengan
tugas.
d. Adanya
kerja sama yang baik antara sesama pustakawan dan antara pustakawan dengan
pemakai perpustakaan.
3.
Faktor pembinaan fisik perpustakaan
sebagai sarana baca antara lain:
a. Perpustakaan
harus betul-betul terlihat eksistennya di masyarakat dengan keadaan yang
dimilikinya.
b. Aktivitas
perpustakaan menunjukan bahwa perpustakaan benar-benar sebagai sarana
mencerdaskan kehidupan bangsa, sumber informasi, tempat rekreasi, tempat
membaca yang murah dan mudah, tempat belajar seumur hidup bagi semua golongan,
tingkatan usia, dan sebagainya.
c. Penyediaan
bahan-bahan bacaan secara lengkap sesuai dengan kebutuhan masyarakat pemakai.
d. Pengadaan
fisik perpustakaan yang menarik dan menyenagkan sesuai dengan keadaan yang
dimilikinya.
e. Penyediaan
informasi tentang bahan-bahan bacaan berlangsung secara tetap dan mutakhir.
f. Kegiatan-kegiatan
yang melibatkan pemakai, seperti diskusi, pemilihan anggota teladan, pembaca
terbaik, dan sebagainya berlangsung secara terencana dan tetap.
g. Sistem
pelayanan perpustakaan menjamin kemudahan pemakai, menanamkan rasa tanggung
jawab pemakai, dan menjamin keamanan semua bahan bacaan serta loyalitas.
h. Kerja
sama antara perpustakaan sejenis maupun dengan lembaga atau instansi lainnya
agar terjalin dengan baik.
Ketiga faktor
tersebut harus dibina secara seimbang dan bilamana tidak maka dapat
mengakibatkan perpustakaan tidak berfungsi.
1.2
Pentingnya
Perpustakaan Sekolah
Perkembangan
sistem pendidikan dewasa ini, dihadapkan kepada tuntutan dan kebutuhan masyarakat
yang semakin kompleks. Untuk itu, adanya kebutuhan akan bahan-bahan pengajaran
sangatlah berperan penting sebagai sarana untuk mencapai tujuan pendidikan
secara optimal. Peran serta perpustakaan sekolah dapat memberikan andil dalam
menunjang program kegiatan intrakulikuler dan ekstrakulikuler di sekolah.
Adapun tanggung jawab sekolah adalah menanggung kewajiban fungsional terhadap
kelangsungan dan perkembangan hidup masyarakat, yaitu dengan jalan penyiapan
dan pembinaan warga masyarakat sehingga memiliki kemampuan dan pribadi yang di
harapkan.
Dalam
melaksanakan fungsi pendidikan di sekolah sedikit banyak di pengaruhi oleh
hal-hal berikut ini.
1. Pengalaman
seseorang di dalam lingkungan masyarakat, misalnya dengan pergaulan di dalam
masyarakat, jenis-jenis bacaan dan tontonan serta kegiatan yang ada pada
masyarakat sangat berpengaruh terhadap fungsi pendidikan yang dimainkan oleh
sekolah terhadap diri seseorang.
2. Sedikit
banyak serta fungsional tidaknya pendayagunaan sumber-sumber belajar di masyarakat.
Kekayaan sumber-sumber belajar di tengah-tengah masyarakat seperti adanya
narasumber atau pakar, perpustakaan umum, museum, peredaran koran atau majalah,
serta sumber-sumber belajar lainnya.
Selain
sumber yang didapatkan di luar sekolah, sumber utama dalam belajar di sekolah
adalah perpustakaan, karena perpustakaan sekolah merupakan sumber dari segala
kegiatan belajar dan mengajar. Perpustakaan yang diselenggarakan di sekolah
berguna untuk menunjang program belajar mengajar di lembaga pendidikan formal
tingkat sekolah baik sekolah dasar maupun sekolah lanjutan. Apalagi dalam
sistem pendidikan modern, fungsi perpustakaan di sekolah adalah untuk:
1. Membantu
meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran.
2. Menyediakan
bahan-bahan bacaan dan audio visual guna membantu kegiatan kurikuler dan
ekstrakulikuler.
3. Membina
anak didik ke arah gemar membaca, belajar, cara bagaimana belajar yang efisien
agar tercapai tingkat pendidikan seumur hidup.
4. Memberikan
penjelasan guna kepenting perkembangan kecerdasan, kecakapan, keterampilan, dan
daya kreasi baik anak didik.
Perpustakaan
memiliki kedudukan yang utama di dalam setiap program pendidikan sebagai the heart of the educational program. Dalam
kaitannya dengan hal tersebut, Ase S. Muchydin dalam Udang sudarsana (2010:6.25).
mengemukakan bahwa perpustakaan sekolah mempunyai peranan yang penting di dalam
menunjang sistem dan program pendidikan sekolah. Agar dapat terealisasi
menuntut pustakawan bisa memahami dan menemukan kebutuhan-kebutuhan, baik yang
berkaitan dengan program sekolah maupun kebutuhan setiap individu. Hal-hal yang
berhubungan denagn program sekolah antara lain, tujuan pendidikan sekolah,
kurikulum sekolah, metode, dan teknik pengajaran yang dilakukan guru. Sedangkan
hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan individu antara lain minat dan bakat
seseorang, tingkat kemampuan dan cara belajar seseorang, serta masalah-masalah
umum yang berkaitan dengan kegiatan ekstrakulikuler.
Perpustakaan
sekolah merupakan perpustakaan jasa. Oleh karena itu, harus menyediakan akses
terbuka bagi semua dokumen. Untuk mencapai tujuannya, perpustakaan harus
menyediakan berbagai macam jasa, demikian pula perpustakaan sekolah harus
memberikan jasa sebagai berikut.
1. Orientasi
perpustakaan bagi murid baru.
2. Jasa
bimbingan pembaca.
3. Sirkulasi.
4. Panduan
menggunakan katalog.
5. Panduan
menelusuri dan menentukan lokasi buku.
6. Panduan
menggunakan buku rujukan (referensi).
7. Penyediaan
informasi sesuai dengan permintaan.
8. Penyediaan
vertical files berisi pamflet,
laporan karya tulis, kliping surat kabar, dan sebagainya.
9. Pameran
buku dan bahan lain.
10. Menyelenggarakan
perdebatan buku atau pembicaraan buku.
11. Pinjam
antar perpustakaan.
Perpustakaan
sekolah harus menjadi pusat kegiatan yang berlangsung di sekolah. Siswa dapat
menggunakannya untuk keperluan pendidikan, informasi, rekreasi, inspirasi, dan
sebagainya. Siswa dapat menggunakannya untuk keperluan pekerjaan rumah, membaca
pararel, yaitu membaca sejajar dengan bahan yang diterimanya di kelas, dan
tindak lanjut lainnya. Dia dapat memperoleh informasi tentang kegiatan yang
berlangsung di luar kurikulum seperti pramuka, pelajaran agama, pesta sekolah,
dan sebagainya. Bagi siswa yang ingin mengikuti perlombaan karya ilmiah remaja
atau diskusi, dia dapat menggunakan jasa perpustakaan.
Perpustakaan
sekolah diadakan bukan lagi hanya sekadar melayani selera para siswa untuk
membaca buku-buku, tetap perpustakaan itu sendiri harus dapat membantu para
siswa mengasah otak, memperluas dan memperdalam pengetahuan, melahirkan
kecekatan, serta membantu siswa dalam aktivitas-aktivitas yang kurikuler dan
ekstrakulikuler. A.S Nasution dalam Sudarsana (2010:6.26) mengemukakan, bahwa
tujuan dari perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut:
1. Membantu
para pelajar melaksanakan penyelidikan dan mencari keterangan-keterangan yang
lebih luas dari pelajaran yang di dapatnya di dalam kelas. Perpustakaan harus
dapat memberikan bahan-bahan yang dapat memperkaya pelajaran dengan menyediakan
buku-buku, pamflet-pamflet, gambar-gambar, dan sebagainya.
2. Dari
sumber-sumber pengetahuan yang beraneka ragam itu, seorang siswa dapat
mengetahui bahwa berbagai informasi dapat diberikan dengan cara yang
berbeda-beda.
3. Perpustakaan
yang baik juga dapat membantu seorang siswa mengembangkan kegemarannya.
4. Perpustakaan
sekolah harus menyebarkan ke seluruh sekolah bahan-bahan bacaan yang bernilai
dan cocok dengan selera dan daya baca anak-anak untuk memupuk kebiasaan
membaca.
5. Perpustakaan
yang dipimpin dan di atur dengan baik, juga memberikan pendidikan tanggung
jawab kepada seorang siswa.
Keberadaan
perpustakaan di sekolah maupun di kampus merupakan sesuatu yang wajib, karena
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional, khususnya
pasal 35 dan penjelasannya telah menegaskan bahwa perpustakaan merupakan salah
satu sumber belajar yang amat penting, yang memungkinkan para tenaga
kependidikan dan para peserta didik memperoleh kesempatan untuk memperluas dan
memperdalam pengetahuan dengan membaca bahan pustaka yang mengandung ilmu
pengetahuan yang diperlukan. Pembinaan minat baca merupakan salah satu tugas
dan tanggung jawab perpustakaan sekolah.
2.3.1.
Peran
Kepala Sekolah
Kepala
sekolah merupakan titik sentral dari seluruh kegiatan sekolah. Kepala sekolah
sebagai pucuk pimpinan mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap
kelancaran proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah yang
dipimpinnya. N.A Ametembun (1982: 4)mengemukakan tentang peranan Kepala Sekolah
sebagai berikut.
1. Sebagai
administrator sekolah yang tugasnya mengatur segala sesuatu berjalan dengan
baik dan lancar di sekolah yang dipimpinnya.
2. Sebagai
supervisor sekolah, yaitu membina agar segala sesuatu di sekolah berjalan lebih
baik.
Tugas kepala sekolah sebagai
administrator adalah mengkoordinasikan dan mendaya gunakan semua sumberhuman
dan nonhuman yang ada dilingkungannya secara efektif untuk mencapai
yujuan-tujuan sekolah yang dipimpinnya. Bidang garapan admistrasi ini meliputi
aspek pengajaran, kesiswaan, alat-alat pengajaran, bangunan, perlengkapan
sekolah, dan keuangan. Sedangkan tugas kepala sekolah sebagai pengawas adalah
melakukan supervisi yang menyangkut pengwasan terhadap penyelenggaraan seluruh
kegiatan administrasi sekolah dalam rangka usaha pembinaan perbaikan, dan
peningkaytan situasi belajar-mengajar.
Dngan demikian, kepala sekolah sebagai
administrator pendidikan mempunyai tugas dalam mengatur fasilitas pendidikan
antara lain penyediaan sarana perpustakaan. Dalam penyelenggaraan perpustakaan
sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab terhadap:
1.
Penyediaan dana;
2.
Pemenuhan fasilitas perpustakaan;
3.
Kerjasama;
4.
Evaluasi terhadap efisiensi dan
efektifitas pelayanan perpustakaan.
Kepala
sekolah mempunyai peran yang sangat penting dalam menyelenggarakan perpustakaan
sekolah sehingga diharapkan dapat menstimulisasi guru dan siswa dalam proses
belajar-mengajar dengan baik.
Pendekatan yang dapat dilakukan oleh
kepala sekolah dalam memberikan motivasi pada guru dan mendayagunakan perpustakaan
antara lain:
1.
Tatap muka dengan guru dan siswa;
2.
Memberi contoh;
3.
Wawancara dengan para pemakai
perpustakaan;
4.
Memberikan pengarahan pada waktu dikelas
maupun pada upacara sekolah.
Sebagai orang pertama di sekolah, kepala
sekolah harus mampu memberikan dorongan kepada guru dan siswa untuk senantiasa
mendayagunakan sumber-sumber belajar yang tersedia diperpustakaan. Kepala
sekolah juga perlu mengajak dan memotivasi orangtua siswa untuk dapat memahami
kondisi proses belajar mengajar disekolah dan memberikan penekanan tentang
peran serta orangtua, khususnya dalam memberikan bimbingan belajar kepada
putra-putrinya dirumah.
2.3.2.
Peran
Guru
Guru
adalah orang yang bergaul setiap hari secara langsung dengan siswa dikelas
melalui proses belajar mengajar. Penggayaan proses belajar-mengajar dikelas
hanya akan terjadi apabila guru pandai mengguakan peluang dan kesempatan agar
siswa senantiasa aktif mengikuti pelajaran dengan menyertakan berbagai sumber
belajar yang tersedia dan mungkin untuk didayagunakan. Sumber-sumber belajar di
perpustakaan merupakan kelengkapan belajar utama yang paling mungkin untuk
didayagunakan dalam proses belajar-mengajar dikelas. Untuk kepentingan ini,
guru dapat mengaplikasikannya melalui penggunaan berbagai pendekatan dalam
metode pengajaran.
Guru
sebagai salah satu sumber daya dalam administrasi pendidikan dapat turut
mengintegrasikan perpustakaan dalam proses mengajarnya. Guru membantu
puetakawan dalam hal memberikan informasi tentang hubungan perpustakaan dengan
pengajaran yang diberikan dikelas. Guru dapt memberikan tugas-tugas tertentu
kepada siswa, baik secara idividual maupun secara kelompok. Selain itu, guru
turut serta dalam membantu mengembangkan minat baca siswa dan melakukan
pengayaan pengetahuan siswa yang tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang
diperoleh dikelas.
Guru
harus mempunyai kriteria seperti yang dikemukaakan oleh Nasution (1982:12)
sebagai berikut.
1.
Memahami dan menghoramati murid.
2.
Menguasai bahan pelajaran yang
diberikannya.
3.
Menyesuaikan metode mengajar dengan
bahan-bahan pelajaran.
4.
Menyesuaikan bahan pelajaran dengan
kesanggupan individu.
5.
Mengaktifkan murid dalam hal belajar
6.
Memberikan pengertian dan bukan hanya
kata-kata belaka.
7.
Mampu menghubungkan pelajaran dengan
kebutuhan murid.
8.
Mempunyai tujuan tertentu dengan setiap
pelajaran yang diberikannya.
9.
Tidak terikat oleh suatu textbook.
10.
Tidak hanya mengajar melainkan
senantiasa membentuk pribadi anak.
Tampak
jelas bahwa guru yang mengajar adalah sesorang yang memebimbing aktivitas siswa
untuk mencapai sesuatu yang ingin dikuasai dan ingin diketahuinya. Selain itu,
guru membimbing siswa untuk memperoleh gambaran dan pengalaman hasil dari
interaksi dengan lingkungannya, karena lingkungan sangat berpengaruh kepada
siswa yang sedang dalam proses belajar. Lingkungan belajar itu asangat luas
baik di dalam maupun di luar sekolah. Di luar sekolah proses belajar siswa
dipengaruhi oleh orangtua, teman sebaya, ataupun anggota masyarakat lain, dan
lingkungan belajar lainnya seperti suasana, kondisi, dan alat-alat yang
menunjang belajar. Lingkungan disini adalah lingkungan dalam sekolah yaitu
aspek-aspek kurikulum yang membentuk pengalaman siswa. Kurikulum sebagaimana
diketahui adalah segala sesuatu yang mempengauhi belajar siswa.
Sebagai
pengajar, guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa sesuai dengan rencan
peajaran yang telah ditetapkan, dengan kata lain guru adalah penyampaian
informasi pengetahuan kepada siswanya. Oleh karena itu, guru tidak bisa melepaskan
diri dari penggunaan perpustakaan sebagai tempat segala macam informasi. Guru
melakukan kegiatan yang berhubungan dengan perpustakaan seperti berikut ini.
1.
Mempersiapkan bahan-bahan yang
diperlukan untuk kepentingan mengajar dikeals.
2.
Mempelajari bahan-bahan yang berhubungan
erat dengan bidang yang diajarkannya, untuk bahan komparasi dan memperluas
horizon pengetahuannya.
3.
Mencari bahan-bahan dan informasi untuk
memperdalam dan meningkatkan profesi dan pengetahuan umum.
4.
Mencari bahan-bahan untuk mempersiapkan
kertas kerja, pertemuan, diskusi, penataran, seminar, dan lain-lain.
5.
Mempelajari ilmu pengetahuan yang
berhuungan dengan kedudukannya dalam masyarakat dan lingkungan keluarga.
6.
Untuk memberikan bimbingan dan tugas
kepada murid-muridnya sesuai dengan program pengajaran yang sedang dilakukan
dan dilaksanakan.
7.
Mempelajari ilmu pengetahuan dan
informasi yang mutakhir.
8.
Berkonsultasi degan pustakwan tentang
tingkat da minat membaca para siswanya, dan lain-lain. (Muchyidin, 1977;112).
Guru adalah pembimbig
dan motivator bagi siswa. Siswa sebagai objek sekaligua sebagai subjek
pendidikan menerima pelajaran yang diberikan oleh guru. Dalam proses
pendidikan, siswa harus lebih banyak dinilai sebagai subjek, karena siswa
diharapkan dapat mengembangkan diri dalam upaya-upayanya untuk memebentuk
pribadi sebagai manusia yang diharapkan oleh tujuan pendidikan. Siswa dapat
mengembangkan diri antara lain dengan cara harus bersifat aktif. Aktivitas ini
biasanya timbul karena adanya rangsangan dari guru, orangtua, dan masyaraakat
sekitarnya, sarana atau balai pendidikan serta sistem pendidikannya. Salah sstu
sarana pendidikan yang diharapkan mampu merangsang dan meningkatkan aktifitas
siswa adalah perpustakaan, karena perpustakaan sekolah berguna bagi siswa
untuk:
1.
Mencari bahan-bahan yang sedang
dipelajari atau dibahas dikelas.
2.
Mengerjakan tugas-tugas yang diberikan
oleh guru
3.
Melaksanakan proyek, unit lesson, dan
sebagainya.
4.
Membaca buku-buku, majalah, dan materi
tercetak lainnya untuk mengisi waktu senggang.
5.
Mencari contoh-contoh, baik gambar
ataupun berupa model yang berkaitan dengan pelajaran. (Muchyidin, 1977:13).
Guru tidak semata-mata menyampaikan
bahan pelajaran kepada siswa, akan tetapi mengkoordinasikan lingkungan dengan
sebaik-baiknya dan menyediakan fasilitas belajar yang memadai serta memberikan
dorongan kepada siswa untuk berpikir kreatif dalam menghadapi hal-hal yang
harus dipelajari sehingga memungkinkan proses belajar mengajar mencapai hasil
yang baik.
Sebagai upaya guru dapat memotivasikan
siswa agar mau mendaya gunakan perpustakaan dapat menempuh cara antara lain
dengan:
1.
Membatasi metode ceramah dan memberikan
waktu yang cukup pada siswa unuk mencari bahan-bahan bacan sendiri sebagai
penunjang pembicaraan pokok bahasan tertentu;
2.
Memberikan tugas pada kelompok kecil
kecil untuk melakukan penelitian sederhana.
3.
Memberikan contuh untuk mengunjungi dan
memanfaatkan perpustakaan.
4.
Memberikan tugas pada siswa untuk
menilai buku yang dibacanya.
5.
Mengadakan kerjasama dengan pustakawan.
Dalam
sistem pendidikan modern, guru ikut mempengaruhi perkembanganperpustakaan
sekolah. Sebagai pengajar, guru memberikan saran-saran yang baik kepada
pustakawan untuk meningkatkan mutu layanan perpustakaan. Kedududkan guru dalam
kegiatan kerjasama dengan pustakawan ditunjukkan untuk merangsang minat baca dan
belajar siswa di perpustakaan. perpustakaan akan lebih efektif bagi proses
belajar mengajar apabila aguru melibatkan diri pada program perpustakaan,
walaupun guru hanya datang ke perpustakaan untuk membaca namun merupakan pendorong
bagi siswa membiasakan diri berkunjung ke dan mendayagunakan perpustakaan.
Dorongan yang bisa diberikan oleh guru kepada siswa bisa dengan jalan seperti
berikut.
1.
Siswa ditugaskan untuk mencari informasi
dengan menggunakan koleksi atau sumber bacaan yang ada di perpustakaan.
2.
Siswa ditugaskan untuk membuat rangkuman
isi buku dan membuat laporannya untuk melatih siswa agar dapat menangkap isi
yang tersirat dalam buku yang dibaca.
3.
Siswa ditugaskan untuk mendatangi
perpustakaan pada jam-jam tertentu untuk lebih mengenal koleksi yang dimiliki
oleh perpustakaan dan belajar mengelola perpustakaan.
4.
Siswa ditugaskan untuk membuat daftar
pustaka .
5.
Siswa ditugaskan untuk membuat makalah
denagn jalan menggunakan literatur yang ada diperpustakaan sekolah sebagai penunjang
tugasnya.
2.3.3
Peran
pustakawan sekolah
Staf
perpustakaan sekolah adalah orang-orang yang secara fungsional mempunyai
tanggung jawab baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap pelayanan
perpustakaan. Terutama pustakawan dan petugas perpustakaan, tidak hanya
menunggu koleksi tetapi yang paling utama adalah bagaimana perpustakaan itu
dapat berdaya guna bagi pengembangan siswa pada umumnya, dan dapat memperkaya
proses belajar mengajar di sekolah khususnya. Pelayanan merupakan kunci sukses
dalam penyelenggaraan perpustakaan.
Oleh
karena itu, merupakan tanggung jawab profesional petugas perpustakaan untuk senantiasa
memiliki motivasi yang kuat, wawasan yang luas, dan senantiasa berupaya secara
aktif agar dapat melaksanakan pelayanan sebaik-baiknya. Sehingga
penyelenggaraan perpustakaan dapat berjalan seoptimal mungkin dengan hasil yang
diharapkan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pustakawan harus mampu
memberikan pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan para pemakai, dimana siswa
sebagai pihak yang paling berkepentingan untuk dilayani perlu mendapatkan
pelayanan yang memadai. Selain itu, petugas perpustakaan harus berupaya agar
pendayagunaan perpustakaan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan
belajar mengajar yang yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan
sehari-hari.
Program
perpustakaan sekolah erat hubungannya dengan the educational goal dari sekolah
yang bersangkutan sehingga mau tidak mau pustakawan mempunyai tugas dalam
pembinaan kurikulum maupun prosedur-prosedur pengajaran. Seorang pustakawan
adalah seorang pendidik, karena pustakawan juga mempunyai tanggung jawab yang
sama yaitu agar anak didik menjadi manusia yang berguna. Menyadari pentingnya
pustakawan sebagai penggerak perpustakaan sekolah maka untuk menunjang
keberhasilan pelayanan perpustakaan perlu menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan, diantaranya pengaturan dan penataan ruangan perpustakaan
disamping menyediakan koleksi yang cukup agar siswa terdorong untuk belajar di
perpustakaan.
Hal
ini merupakan tugas pustakawan untuk membina perpustakaannya agar dapat
berungsi sebagai pusat kegiatan belajar mengajar. Ratnaningsih
dalam Engkos Koswara (1998 : 300) menyatakan Peran proaktif
pustakawan berkaitan dengan upaya menumbuhkan minat baca masyarakat sejak dini,
memang utamanya dilakukan oleh pustakawan yang bekerja di perpustakaan yang
melayani anak-anak. Pustakawan harus mampu mengajar, membimbing, serta memberi
contoh pada anak-anak antara lain :
1.
Menata ruang baca anak sedemikian menarik,
menyenangkan, dan nyaman, baik untuk kemudahan akses maupun interiornya agar
anak tertarik untuk datang dan melihatnya.
2.
Mengenalkan buku-buku gambar dan bacaan apa saja yang
baik dan sesuai dengan jenjang usia dan pendidikan kelompok anak yang
dibimbingnya.
3.
Bercerita dari buku-buku yang baik dengan teknik yang
menarik, untuk anak yang sudah dapat membaca tidak perlu sampai selesai
ceritanya, kelanjutanya cerita tersebut disusruh menbaca sendiri. Sedangakan
bagi kelompok yang belum bisa membaca, cerita sebaiknya dibacakan sampai
selesai agar mereka benar-benar mengetahui jalan ceritanya dan suatu ketika
diminta untuk memerankan tokoh-tokoh dalam cerita tersebut, dengan bimbingan
pustakawan.
4.
Melatih anak untuk mencatat hal-hal yang menurut
mereka menarik.
5.
Menginstrusksikan pada anak untuk saling menukar
catatan atau cerita antar kelompok kemudian masing-masing kelompok membacakan
bagi kelompoknya.
6.
Melatih mereka untuk membuat catatan harian secara
rutin tentang kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan.
7. Pustakawan
dalam melakukan bimbingan dan latihan ini secara teratur, terjadwal, dan
waktunya cukup.
Serangkaian upaya juga dapat dilakukan
oleh pustakawan untuk memotivasi siswa agar mau mendayagunakan perpustakaan,
seperti:
1. Menyediakan
bahan pustaka yang sesuai dengan kebutuhan pemakai.
2. Memperpanjang
jam buka pepustakaan.
3. Mengadakan
promosi perpustakaan melalui pameran buku.
4. Mengadakan
kegiatan booktal pada jam-jam tertentu.
5. Memberi
hadiah pada siswa perkelas yang rajin memanfaatkan koleksi perpustakaan.
DAFTAR PUSTAKA
Sudarsana, Udang. 2010. Pembinaan Minat Baca. Jakarta :
Universitas Terbuka