makalah “Masuknya Islam di India”
Posted by Fajar Gumilar Rizqi fauzi on 01.32 with 1 comment
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak mundur dan berakhirnya era Abbasiyah, kerajaan-kerajaan seperti Usmani-Istambul Turkey,
Safawi Iran dan Mughul di India merupakan penjaga peradaban islam selanjutnya
setela Bagdad dan Ummayah Cordoba. Kerajaan Mughal merupakan salah satu warisan
peradaban Islam di India. Keberadaan kerajaan ini telah menjadi motivasi
kebangkitan baru bagi peradaban tua di anak benua India yang nyaris tenggelam.
Sebagaimana diketahui, India adalah suatu wilayah tempat tumbuh dan
berkembangnya peradaban Hindu. Dengan hadirnya Kerajaan Mughal, maka kejayaan
India dengan peradaban Hindu nya yang nyaris tenggelam, kembali muncul.
Di kalangan masyarakat Arab, India
dikenali sebagai Sind atau Hind. Sebelum kedatangan Islam, India telah
mempunyai hubungan perdagangan dengan masyarakat Arab. Ketika Nabi Muhammad SAW
berhasil menyebarkan ajaran agama Islam di seluruh wilayah Arab, maka para
pedagang Arab yang datang ke India juga sudah memeluk agama Islam kepada
penduduk India. Pada saat Islam hadir, hubungan perdagangan antara India dan
Arab masih diteruskan. Akhirnya India pun perlahan-lahan bersentuhan dengan
agama Islam. India yang sebelumnya berperadaban Hindu, sekarang semakin kaya
dengan peradaban yang dipengaruhi Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi India sebelum masuknya
Islam?
2. Bagaimana masuknya Islam di India?
3. Bagaimana Pranata Sosial di India ?
4. Apa penyebab kemajuan dan kemunduran
Dinasti Mughal?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Kondisi India Sebelum masuknya Islam
Sekitar
6000-5000 SM bangsa Dravida datang ke India dari Asia Barat dengan kepercayaan
bahwa Tuhat bersifat abstrak. Mereka kemudian dianggap sebagai bangsa asli dari
India. Pada abad ke 6 datang lah bangsa Aria dari Persia dengan membawa
kepercayaan bahwa Tuhan bersifat nyata, mereka menyembah api, matahari, bulan
sungai, pohon, serta dewa-dewa. Untuk menyenangkan dewa-dewa, mereka
menyembelih manusia sebagai kurban.
Pada
dasarnya di India sendiri terdapat dua golongan yang berbeda kepercayaan. Yang
pertama golongan dari Dravida yang dengan keyakinannya meyakini bahwa Tuhan
bersifat abstrak dan yang kedua adalah bangsa Aria yang mempercayai bahwa Tuhan
ialah sesuatu yang bersifat nyata. Akibat adanya perbedaan dalam keyakinan
tersebut, terjadilah perpecahan diantara keduanya yang akhirnya dimenangkan
oleh bangsa Aria. Oleh sebab itu bangsa Aria memaksa bangsa Dravida untuk
menganut kepercayaan mereka. Seiring berjalannya waktu, kepercayaan ini
berkembang menjadi agama Brahmana atau agama Hindu yang kita kenal sekarang
ini. Agama hindu pun melahirkan beberapa kasta, yakni kasta Brahmana, kasta
Ksatriya, kasta Waisa, dan kasta Sudra.
Pada
tahun 599 SM lahir Mahawir yang mempeloperi lahirnya agama Jaina. Dasar dari
agama Jaina ialah meninggalkan kemewahan. Seiring berjalannya waktu agama ini
melebur menjadi satu ke dalam agama Hindu, kemudia pada tahun 557 SM lahir
Gautama Budha di Kapilabastu, kaki gunung Himalaya yang menjadi tonggak awal
berdirinya agama Budha. Isi agama Budha adalah tidak ada sistem kasta, tidak
boleh hasad (dengki), harus bersifat toleran, dermawan, berfikir yang baik, sabar
dengan penuh kesadaran, pekerjaan yang baik, dan menyerahkan diri kepada Tuhan
Yang Maha Kuasa.
Kondisi
politik yang terjaadi pada masa ini juga mengalami pasang surut pemerintahan.
Pada masa Harshavardana, seorang penguasa besar Hindu terakhir, kerajaannya
jatuh karena adanya kerusuhan diantara putra mahkota untuk memperebutkan
kekuasaan. Bagian yang tersisa dari negeri ini dibagi-bagikan diantara
banyaknya penguasa independendengan beragam tingkat kekuasaan dan kehormatan.
Kondisi politik di masa ini ialah raja ditempatkan sebagai kepala dministrasi,
bisa juga disebut sebagai diktator. Adapula menteri-menteri yang bertugas membantu
dan memberi saran kepada raja dalam rangka meringankan tugas-tugas nya. Namun,
seorang raja tidak terikat untuk menerima saran-saran mereka. Kerjaan juga
dibagi menjadi beberapa provinsi, kepala provinsi disebut Uparika. Provinsi dibagi menjadi beberapa distrik yang disebut
Vaisaya yang dipimpin oleh seorang Vaisayati.
Desa merupakan unit terkecil yang dikepalai oleh seorang Panchayat.
Kondisi
ekonomi pada masa inidapat dikatakan makmur. Masyarakat pada umumnya bekerja di
bidang pertanian dan negara mendorong tumbuhnya industri. Bangla dan Gujarat
terkenal sebagai produsen dan pengekspor barang-barang tekstil kapas.
Kondisi
agama yang terdapat pada masa ini aialah terdapat tiga agama yang populer,
agama tersebut adalah Hindu, Jaina, dan Budha. Dari ketiga agama itu, agama
Hindu adalah agama yang paling dominan. Mayoritas raja-raja menganut agama
Hindu untuk menjadikan pedoman dalam kegiatan bernegara nya.
Kondisi
sosial yang terjadi adalah terbaginya masyarakat ke dalam suatu kasta-kasta.
Kasta Brahmana bekerja sebagai tentara, kasta Ksatria bekerja sebagai pedang
dan kasta Waisya serta Sudra berperan sebagai pemimpin.
2. Masuknya Islam
di India
A.
Tahap-tahap masuknya Islam secara informal
Sejarah
awal masuknya Islam secara formal di India dapat dibagi dalam 4 tahap antara
lain yaitu:
1. Nabi Muhammad SAW
Masuknya Islam di India pada masa Nabi lebih banyak melalui jalan informal.
Keterangan mengenai Islam masuk ke India hanya sedikit yang dapat diketahui.
Rasulullah telah mengetahui tentang daerah India dari para pedagang yang telah
lama berhubungan dagang dengan daerah tersebut.
Pada tahun 630-631 M Nabi mulai berhubungan dengan luar, dengan cara
mengirim utusan dan menerima kunjungan baik dalam negeri maupun dari luar
negeri. Pada masa ini, Cheraman Perumal, Raja Kadangalur dari pantai Malabar
yang telah memeluk agama Islam datang mengunjungi Nabi.
2. Khulafaur Rasyidin dan Dinasti Umayah
Pada zaman pemerintahan Khalifah Umar bin
Khatab pada tahun 637-638 M/ 15 H, pemimpin perang Usman bin Abi al-Staqafi,
telah membawa tentaranya menuju Timur. Pada tahun 643-644 M/ 22 H, angkatan
perangnya telah sampai di Persia. Pada saat yang sama Abu’l As Mughira
menyerang Sind, tetapi kemenangan ada di pihak Sind. Karena, tenggelamnya
armada laut di teluk Persia, disamping itu karena tentara Arab kurang ahli
perang di laut dibanding perang di darat, maka selanjutnya invasi melalui laut
dilarang oleh Khalifah Umar bin Khatab.
Pada masa khalifah berikutnya, Usman bin
Affan, telah dikirim utusan yang dipimpin oleh Hakim bin Jabalah untuk meninjau
keadaan wilayah India yang luas tersebut. Khalifah terakhir dari khulafaur
Rasyidin, Ali bin Abi Thalib, telah mengirim utusan dibawah pimpinan al-Harist
bin Murrah al-Abdi. Semua utusan tersebut menyelidiki adat istiadat dan juga
penghubung dan jalan-jalan yang akan mempermudah untuk menjangkaunya kelak.
Inilah awal mula menyebarnya Islam ke India melalui jalan darat. Sejak saat itu
India menjadi perhatian dan minat
orang-orang islam yang secara berangsur-angsur menjalin hubungan kesana.
3. Dinasti Ghazni
Pada permulaan abad x M, 961-962 M, berdiri Dinasti Ghazni yang terkenal
karena berani dan gagah perkasa berperang. Mulanya kerajaan ini hanya sebuah
keajaan kecil dalam kerajaan Bani Saman dan nama pendirinya adalah Alptgin.
Alptgin pada mulanya adalah seorang budak yang dimiliki oleh Dinasti Samaniyahdi
bawah pimpinan Abdul Malik putra mahkota kelima dalam keluarga Samaniyah.
Setelah kematian tuannya dan merdeka, ia pergi ke Ghazni suatu tempat yang
sangat strategis (dalam wilayah Afganistan sekarang) mengalahkan penguasanya
Abu Bakr Lawik dan membangun pondasi bagi sebuah negara yang merdeka (961 M).
Maka diperkuat kota itu, didirikan parit dan benteng. Pada tahun ke 14
kemerdekaannya, ia menghembuskan nafas yang terakhir dan digantikan oleh
anaknya, Abu Ishaq. Dalam beberapa tahun Abu Ishaq menyusul ayahnya meninggal
dunia dan digantikan oleh Sabuktgin ayah dari Sultan Mahmud yang terkenal, naik
tahta pada tahun 977M.
Dalam perkembangannya Dinasti Ghazni mengalami kemajuan yang sangat pesat
terutama dalam periode pemerintahan Mahmud Ghaznawi. Mahmud ghaznawi bukan saja
termashur karena keahliannya dalam peperangan. Lebih daripada itu pula
kemasyhurannya sebagai pujangga, penyair dan pahlawan ”pedang dan pena”. Sangat
besar perhatiannya kepada perkembangan ilmu pengetahuan. Saat itu Gaznah menjadi
benteng tempat berkumpulnya ahli-ahli ilmu, ulama agama, ahli fiqih dan bahasa
dan ahli tasawuf dan filsafat.
Di zaman itu pula hidup Abu Nashr Al Farabi sebagai filosof dan penyair
Al Firdausi. Demikian juga penyair Iran yang besar Al Anshari Al Farukhliy dan
Al Asjudy.dan ahli ilmu bumi yang terkenal dan ahli pula menyelidiki
pokok-pokok kebudayaan hindu, yaitu Abu Raihan Al Bairuni.
Mahmud Ghaznawi meninggal pada tahun 1030 M dalam usia 60 tahun dikota
Ghazni. Banyak ahli sejarah dan bangsa Eropa mengakui kebesaran Mahmud melebihi
Alexander Agung, karena Alexander setelah meninggal tidak ditemui jejaknya.
Mahmud Ghaznawi meninggalkan jejak yang paling kokoh di India, yaitu pengaruh
Islam dan kebudayaan yang kelak kemudian hari diikuti kerajaan-kerajaan Islam
lain.
4. Dinasti Ghuri
Muizzuddin Muhammad bin Sam atau yang lebih populer dengan nama Muhammad
Ghuri menjadi penguasa Ghazni pada tahun 1173 M. Ia adalah seorang raja yang
ambisius dan terbakar oleh kecintaan terhadap penakklukan dan kekuasaan.
Muhammad Ghuri adalah seorang politisi besar dan negarawan yang
berpandangan jauh ke depan. Ia merealisasikan secara penuh kondisi politik
India yang bobrok dan karena itu memutuskan untuk mendirikan sebuah
pemerintahan permanen di sana. Tujuan dari penaklukan Ghuri adalah untuk
mendapatkan suatu kekuasaan muslim permanen di India. Ia melatih banyak
administrator ahli yang makin memperbesar keyakinan dan kepercayaan dirinya. Ia
juga berperang melawan negara-negara Hindu secara terus-menerus selama beberapa
tahun dan selama pemerintahannya ia menunjukkan kehebatan dan ketekunan yang
luar biasa.
Prestasi yang dicapai oleh Dinasti Ghuri adalah perluasan daerahnya yang
cukup luas. Mulai dari Lahore, yang meliputi daerah Punjab, ke Delhi yang
meliputi seluruh daerah lembah sungai Gangga dan daerah Dekan. Selama kerajaan
Guri di Lahore kedudukannya hanyalah sebagai sebagai sebuah kesultanan Islam
yang sama tarafnya dengan Kamaharajaan Brahmana saja. Namun dengan berpindahnya
kerajaan di Delhi Dinasti Ghuri menjadikan Maharaja diraja seluruh India.
Perbedaan yang mencolok antara Dinasti Ghuri dengan Dinasti Ghazni adalah
Mahmud Ghazni sebagai panutan besar dalam seni dan pendidikan, sedangkan ghuri
adalah prajurit biasa dan politisi. Mahmud Ghazni telah mengumpulkan banyak
puisi dan para pujangga dalam lindungannya, sedang Muhammad Ghuri menunjukkan
sedikit ketertarikan pada seni dan pendidikan. Ia hanya menunjukkan kemurahan
hati pada para pelajar, tetapi ia tidak menunjukkan antusias dalam bidang seni
dan karya tulis sebagaimana yang dilakukan Mahmud Ghuri.
B. Masuknya Islam
Secara Formal
1. Perdagangan
Jauh sebelum bangsa yunani mengenal India (V-IV SM), Orang-orang arab
sudah memiliki hubungan yang erat dengan dunia timur melalui media perdagangan.
Meraka singgah di pelabuhan-pelabujan India. Ketika Islam sudah lahir di Mekah
yang dibawa oleh nabi Muhammad Saw. Pada tahun 610 M, maka perdagangan
–perdaganagan Arab telah menganut Islam Sehingga mereka sambil berdagang juga
berdakwah.[1]
Penaklukan Muhammad bin Qasim di India
(Sind dan Multan) semakin banyak orang-orang Arab yang menetap di sana dan melakukan perdagangan dengan
orang-orang pribumi. Pusat-pusat perdagangan yang terkenal antara lain: Daibul,
Pantai Malabar, pantai kalamender termasuk Ceylon, Madura, Saptagram,
Chittagong, Samundar dan Akyab (sekarang Birma). Dari pelabuhan-pelabuhan
tersebut di atas antara india dan arab terjalin hubungan yang lancar, saling
tukar menukar komoditas pakaian katun yang bagus (Maslin), kayu Cendana, Gading
Gajah, dan Lidah Buaya dari India Timur[2]. kota yang menjadi pusat perdagangan islam
antara lain dari Multan, Lahroe, Delhi, ajmir, Allahabad, Lakhnuti, Gaur,
Nadia, Sonargaun. Kota-kota tersebut memainkan peran penting dalam penyebaran
agama islam melalui daratan.
Bukti kuat adanya
hubungan dagan antara Arab dengan India adalah ditemukannya koin mata uang pada
zaman Khalifah Harun al Rasyid cetakan tahun 778 M. Di Mainamati dan Paharpur
di India Timur[3].
2. Sufi dan Mubaligh
Sejak pertama kali Islam masuk, ajaran Islam dibawa oleh alim ulama,
sufi, waliullah, dan pasukan-pasukan Islam
dari Arab, Yaman, Persia, Turki, Afghanistan, dan Asia Tengah. Pengaruh
ajaran Islam sangat besar terhadap kehidupan masyarakat.
Peranan waliullah dan sufi dalam menyiarkan agama Islam ditanah India
sangat besar yang ditunjukan dengan banyaknya jumlah mereka yang datang ke
India. Mereka termasuk golongan pertama yang menyebarkan agama Islam sebelum
Islam masuk di India secara formal. Sufi yang terkenal diantarannya adalah Abu
Yazid al-Bustami (wafat 872 M). Ia berguru kepada penduduk Sind selama beberapa
tahun, kemudia pindah ke India Timur (chittagong). Disana ia tinggal beberapa
lama dan dikenal dengan nama Bayazid Bustami. Ketiaka ia datang kewilayah itu
Islam sudah ada namun tidak banyak. Ia mendirikan Khankah (pusat penyiaran agama Islam, semacam pondok pesantren).
Banyak orang yang disekitarnya belajar agama dan masuk Islam.
Ada beberapa sufi yang berperang melawan penguasa atas kedzalimannya terhadap
rakyat biasa seperti Shah Sultan Balokhi. Ia mengalahkan raja Balaram di
Horirampur dan kekuasaan diserahkan kepada bekas menteri Balaram yang sudah
masuk Islam. Kemudian Shah Sultan Balokhi datang ke Mahestan-Gor pada tahun 439
H/ 1047 M dan melawan raja Pasuram. Raja yang menyembelih anak dari seorang
Muslim untuk dipersembahkan kepada dewa Kali-krali itu dapat dikalahkannya.
Sufi yang membasmi Syirik itu meninggal pada tahun 447 H.
Sufi lain yang datang ke India adalah Shah Sultan Rumi. Banyak orang yang
masuk islam ditangannya karena kelebihannya, yaitu ketika raja Koch memberikan
minuman beracun untuk mengujinya, minuman itu diminum oleh Shah Rumi dan
muridnya. Racun itu sama sekali tidak berpengaruh terhadap mereka, raja dan
rakyatnya masuk Islam.
Selain yang telah disebutkan di atas, masih banyak lagi alim ulama dan
sufi seperti Shah Sultan Mahisswar, Syekh Faririddin Ganj e Shakar (1176-1269
M), Syekh Bahauddin Zakariya, Syekh Nizamuddin Aulia, Syekh Syaifuddin Yanya
Maneri, Syekh Nur Quthubul Alam, dan lain-lain.
3. Perkawinan
Para ahli sejarah menuturkan bahwa kaum Muslimin yang datang ke India
disamping membawa agama Islam, juga mempunyai kecakapan ilmu pengetahuan
pengobatan yang mereka dapatkan dari tuntutan Hadits Rasulullah. Dari aktifitas
ini banyak penduduk India yang tertarik kepada agama Islam dan juga banyak pada
akhirnya terjalin hubungan perkawinan antara pasien atau keluargannya dengan
orang Islam yang telah membantu menyembuhkan penyakitnya.
Bagian terbesar orang-orang India
yang masuk Islam berasal dari kalangan umat Budha dan Hindu kelas bawah bagi
mereka kesederhanaan, persamaan, dan persaudaraan dalam agama, dan sistem
sosial Islam sangat menarik sebagai penyelamat dari penderitaan dan tirani oleh
olongan Brahmana. Meskpuin demikian, tidak sedikit juga orang-orang Hindu dari
kelas atas yang masuk islam terutama melalui Perkawinan dengan Muslim[4].
3.
Pranata Sosial
1.
Politik
a.
Hubungan dengan Khalifah
Khalifah adalah pewaris Nabi saw, pemimpin masyarakat, panglima perang,
pelindung, dan pelayan umat Islam. Ia memiliki dua kekuasaan, politik dan
spiritual, namun tidak membuat undang-undang baru. Khalifah adalah kekuasaan
politik yang memiliki daerah kekuasaan sendiri juga mempunyai kekuasaan
spiritual di negara-negara Islam seluruh
dunia yang jauh dari pusat dan tidak mungkin dapat dipimpin langsung oleh
khalifah.
Sultan yang tidak
mendapatkan pengakuan dari khalifah dianggap tidak sah (legitimate). Muhammad
bin asim adalah utusan Hajjaj untuk menaklukan Sind. Hajaj adalah gubernur
jenderal yang berkuasa di wilayah timur (al masyriq) yang bertanggung jawab
kepada khalifah al-Walid II.[5]
Sultan Mahmud, bergelar
Yamid al-Daulah (Tangan Kanan Kerajaan) dan Ammin al Millah (Orang Kepercayaan
Agama), dan para penggantinya adalah wakil khalifah yang resmi. Sultan Muhmmad
Ghuri mendapatkan gelar Nashiru Amirul
Mukminin sebagai pengakuan dari khilafah. Mahmud membukakan pintu bagi masuknya
kekuasaan Islam di India dan Ghuralah yang pertama menguasai India (sampai
berdirinya kesultanan Delhi).
b.
Pemerintahan Pusat
Pada
periode Dinasti Ghazni dan Ghuri tidak terdapat/dikenal ukum yang mengatur
pergantian kepemimpinan. Sering seorang sultan ditentukan dengan pemilihan,
tetapi kadang-kadang sultan yang seang berkuasa menentukan sendiri calon
penggantinya. Pemilihan seorang sultan secara luas tergantung pada para
bangsawan yang biasanya memilih berdasarkan tingkat kelayakan pribadi terhadap
kepentingan Negara.
Perwakilan khalifah di India adalah
Sultan yang menerima pelimpahan kekuasaannya. Tetapi selang beberapa lama
Sultan menjadi kuat dan jarak yang jauh mengakibatkan khalifah tidak lagi
mungkin menerapkan kebijakannya. Karenanya sultan adalah orang yang paling
penting untuk melaksanakan dan mengartikan hukum di kerajaannya.[6]
Penguasa India harus terikat pada dukungan aktif para bangsawan (Noble). Ia juga harus mempertahankan
kerjasama dengan para ulama dan ahli hukum mengingat pengaruh mereka yang kuat
bagi masyarakat muslim. Para petani Hindu, kepala desa, zamindar (Tuan Tanah), dan Bhupati
(Kepala Distrik)tidak dapat diabaikan.
Sultan memiliki dewan (council)
penasihat di mana ia meminta pertimbangan atas masalah-masah penting yang
berkaitan dengan negara. Tetapi saran dari dewan tidak mengikatnya. Ia boleh
menerima dan menolaknya[7].
Pegawai tertinggi di pemerintahan pusat adalah Wazir dan departemenya disebut Diwan-e-Wazirat.
Kantor keuangan pusat berada dalam kewenangan langsung wazir, selain itu dia juga bertanggung jawab terhadap kantor-kantor
lain di markas besar. Wazir memiliki seorang asisten yang disebut Naib-e-Wazir. Dia memiliki dua pegawai
penting yang disebut Mushrif-e-mumalik
(Akuntan Publik) dan Mustaufi-e-Mumalik
(Auditor Publik). Keduanya menempati tingkatan kementrian dan memiliki hubungan
langsung dengan Sultan.
Beberapa departemen lain yang
penting antara lain Diwan-e-Risalah, Diwan-e-Arz, Diwan-e-Insha. Diwane-e-Risala
berurusan dengan masalah keagamaan,lembaga amal, gaji untuk penerima
beasiswa, dan orang-orang mulia. Diwan-e-Arz
berurusan dengan kemiliteran. Diwan-e-Insha
berurusan dengan kebangsawanan.
Pengadilan /kehakiman
biasanya diatur oleh kepala Qazi (Qaziul
Quzat) yang membantu Mufti
menjelaskan hukum. Semua kota-kita penting memiliki Qazi untuk mengatur
kehakiman. Hanya orang-orang Hind mereka diputuskan oleh Panchayat (lembaga yang dikepalai oleh seorang yang berwibawa ,
serius dan memiliki dedikasi yang kuat di masyarakat atau semacam badan
penasehat desa). Kotwal adalah
pemelihara keamanan dan ketertiban . Kantor urusan yang lain disebut Muhtasib untuk mengawasi perilaku
masyarakat, untuk mengendalikan pasar dan untuk mengatur timbangan dan ukuran.
Sultan tetap terhubung dengan semua aktifitas masyarakat nya melalui mata-mata.
Hukuman sangat kerasdiberikan kepada
kasus-kasus kriminal. Sumber pendapatan terutama bersal dari pajak tanah yang
disebut Kharaj, Zakat, Jizya, Ghanimah (harta rampasan) perang, bahan tambang,
kegiatan dagang dan harta warisan.[8]
c.
Pemerintahan Daerah
Kerajaan dibagi dalam
sejumlah propinsi, masing-masing dipimpin oleh seorang Gubernur atau wali.
Gubernur bertugas mengatur administrasi sipi dan militer di propinsinya. Ia
membangun misi lokal dan harus memberikan bantuan mliter kepada sultan apabila
diperlukan. Kantor gubernur tidak dipimpin secara turun-temurun. Penunjukan,
pergantian dan perpindahan tergantung pada keinginan Sultan. Ia dibayar dari
penghasilan propinsi dan etelah membayar semua keperluan administrasi sisanya
masuk ke kas negara[9].
2.
Ekonomi
Jauh sebelum Islam datang,
India sudah dikenal oleh para pedagang sebagai tempat persinggahan. Mereka
membawa barang dagang dari India berupa hasil bumi, hasil industri tekstil seperti
pakaian tenun kain wol, kain moslin, dan kain sutera, hasil industri pewarna
dan tinta, industri gula, tembaga, batu dan batu bata, dan industri kertas.
Impor utama berbentuk brang mewah seperti kuda untuk orang-orang kayadan expor
utama berupa berbagai hasil pertanian dan industri tekstil. Harga barang-barang
sangat murah dlam kondisi damai, tetapi alam kondisi kacau naik secara tidak
normal. Secara kseluruhan harga barang-barang dan berbagai keperluan lain murah
pada periode ini. Tetapi standar hidup orang biasa tidak tinggi, sementara para
pejabat dan pegawai hidup dalam kemewahan dan kemakmuran.
3.
Sosial
Islam
mengajarkan dunia tentang persaudaraan universal. Sering seorang yang berasal
dari rakyat biasa naik keposisi tertinggi dalam pemerintahan berkat
jasa-jasanya. Masyarakat muslim tidak terbagi menjadi kelompok-kelompok terpisa
satu dengan lainnya meskipun terdiri atas orang-orang dari berbagai profesi
yang berbeda-beda. Tidak diragukan lagi bahwa ada perbedaan ekonomi, tetapi hal
ini tidak menutup seseorang dari yang lainnya. Beberapa golongan masyarakat di
antaranya pegawai negeri bergaji tinggi dan pedagang besar berada dalam kondisi
makmur. Sebagian besar golongan masyarakat termasuk dalam kelas menengah dan
beberapa termasuk bawah.
Kaum bangsawan mulim selama kesultanan
Ghazni dan ghuri menempati tempat terkemuka dalam masyarakat. Mereka memiliki
banyak pengaruh terhadap aktifitas Sultan. Bangsawan memiliki peranan penting
dalam menentukan persoalan suksesi. Para bangsawan biasanya di kelompokkan
dalam Khan, Malik,dan Amir. Para bangsawan berasal dari beragam bangsa seperti
Turkey, Arab, Afganista, Abisinia, Mesir, orang-orang Jawa dan India. Sebagian
besar kaum bangsawan ini memulai karir sebagai budak.
Sultan mendapatkan banyak budak. Beberapa
budak naik keposisi tertinggi berkat jasa dan kemampuanya. Pada awalnya para
budak berguna bagi negara , tetapi kemudian mereka menjadi ancaman bagi
kelangsungan negara dan bahkan mengakibatkan kejatuhannya.[10]
a.
Kondisi Umat Hindu
Masyarakat Hindu terbagi
dalam beberapa kelompok terpisah. Sistem kasta menjadi semakin kaku dan tirani
para Brahmana terhadap Sudra dan masyarakat tak mampu semakin tidak dapat
ditolerir. Dalam keadaan tersebut cahaya islam muncul di ufuk India. Semangat kesamaan,
toleransi, dan keadilan sosial menarik hati sejumlah besar masyarakat Hindu
yang tertindas untuk memasuki Islam. Masyarakat hindu diperlakukan secara adil.
Statuas mereka harus termasuk golongan yan harus diperhatikan dan lindungi.
Banyak orang Hindu yang mendapatkan pekerjaan yang baik seperti di kantor
gubernur atau komando dalam tentara.
Muhammad bin Qasim melakukan
akomodasi politik terhadap tokoh-tokoh masyarakat setempat. Para brahmana
diberi fasilitas yang sama bahkan ekstra fasilitas. Posisi-posisi mereka dalam
pemerintahan diaktifkan lagi, bahkan kaum oposisi yang lari pada waktu perang
dan bersembunyi diberi kembali jabatannya. Pada masa Dahir, para Brahmana dan
pemuka agama menikmati 3% dari hasil bumi, bin Qasim memberikan hal yang sama
kepada mereka[11].
b.
Posisi wanita
Ketergantungan wanita kepada suaminya merupakan iri khusus dalam
kehidupan sosial diantara umat Hindu dan Muslim di India. Adat istiadat awanita
beragam menurut kelasnya masing-masing, beberapa wanita kelas atas menunjukkan
perhatian mendalam terhadap seni dan ilmu pengetahuan. Wanita desa biasanya
terserap dalam tugas-tugas rumah tangga mereka. Sistem Purda tela biasa baik di kalangan hindu maupun Muslim kecuali di
beberapa kota pesisir pantai. Pernikahan dini dan praktek sati sedang digemari di kalangan orang Hindu. Islam yang pertama
kali meninggikan martabat wanita. Adat sati
daho, istri ikut membakar diri bersama jasad suaminya, sedikit demi sedikit
dikurangi dan akhirnya hilang.
c.
Gerakan Bakti
Ketika penyebaran agama
Islam terjadi secara cepat dan meluas, timbul kekhawatiran di kalangan umat
Hindu bahwa ajaran agama Hindu akan lenyap. Maka timbul gerakan bhakti yang
dimaksudkan untuk membendung cepatnya penyebaran agama Islam. Gerakan Bhakti
ini merupakan intisari dari ajaran Islam, Hindu, Budha.
Pelopor Gerakan Bhakti di
India adalah Shankaracharya (788-820 M). Gerakan ini dikembangkan oleh Ramand,
tokoh terbesar dalam Gerakan Bhakti, ajaran yang dibawanya terdiri atas 80%
dari Islam, sisanya dari intisari Hindu, dan Budha. Gerakan Bhakti antara lain
menghilangkan sistem kasta.[12]
4.
Asimilasi Budaya
1.
Ilmu Pengetahuan
Dalam bidang ilmu
pengetahuan, hubungan Islam dengan India terjalin dengan baik dan terjadi
pertukaran budaya antara keduanya. Banyak buku India yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Arab pada abad ke-8 M. Pada saat itu para Ilmuwan Arab dikirim ke
Indis untuk mempelajari Ilmu-Ilmu yang ada di India. Di lain pihak
ilmuwan-ilmuwan India diundang ke Bagdad supaya para Ilmuwan Arab mengenal
ilmu-ilmu yang ada di India seperti menurut keterangan Amir Khusru bahwa ahli
astronomi Arab, Abu Manshar, belajar di Benaras, pusat kebudayaan Hindu, selama
sepuluh tahun dan Abu Yazid-al Bustani pernah tinggal di Sind dan berguru
kepada penduduk pribumi. Pada masa Umayyah dan Abbasiah banyak orang-orang
Hindu yang menterjemahkan buku-buku dari bahasa Sansekerta ke bahasa Arab. Buku
Shiddanta yang dikarang oleh brahma
Gupta, dalam bahasa Arab diberi nama Tariche
Sind Wa Hind. Buku tentang ertika, magic, kimia, dan ilmu politik banyak
diterjemahkan dari India kedalam bahasa arab, Ilmu musik juga diterjemahkan
kedalam bahasa Arab dari India[13].
2.
Seni dan Bangunan
Bangunan-bangunan
yang didirikan oleh Sultan antara lain istana kerajaan, benteng, masjid,
tugu-tugu orang besar, perlindungan bagi orang-orang miskin. Dalam rancangan
bangunannya, merupakan campuran gaya Siria, Bizantium, Mesir, dan Iran,
sedangkan detilnya Hindu, Jaina atau Budha.
Kontak antara Islam dan Hindu menghasilkan
evaluasi gaya yang kadang-kadang disebut Indo-Muslim. Arsitektur Indo-Muslim
adala arsitektur Muslim yang menampilkan detail sifat-sifat tertentu dari seni
bangunan Hindu. Semakin banyak ahli muslim memasuki India, pengaruh Hindu
semakin berkurang sedikit demi sedikit.
3.
Bahasa
Pada zaman Dinasti Ghaznawi dan Ghuri, para
Sultan berbahasa Turki di istana, sedangkan di kantor berbahasa Persi. Para
tentara , ketika berbelanja ke pasar mengalami kesulitan (masyarakat memakai
bahasa Prakrit dan Sansekerta) akhirnya lahir bahasa baru yaitu Urdu sedangkan
pengaruh islam dalam bahasa sansekerta melahirkan bahasa Bangla.[14]
C. Kerajaan
Mughal (1526-1858)
Mughal terletak di India dan
merupakan salah satu kerajaan atau pemerintahan yang berjasa dalam perkembangan
Islam di India. Islam masuk ke India pada tahun 15 sesudah wafatnya Nabi
Muhammad SAW sampai pada abad 18. Sedangkan awal kekuasaan Islam di India
terjadi pada masa khalifah al-Walid dari Bani Umayyah, yang kemudian
dilanjutkan Ghaznawiyah yang mampu menaklukan kerajaan Hindu sekitar tahun 1020
M. Sebelum kerajaan Mughal ini ada beberapa pemerintahan yang ada di India,
yaitu Dinasti Guri (1173-1206 M), Kerajaan Mamluk (1206-1290 M), Dinasti
Khiljia (1290-1320 M), Tugluq (1230-1412 M) dan Lody (1415-1526 M) yang
kesemuanya disebut kesultanan Delhi.
Mughal adalah sebuah dinasti yang diperintah oleh raja-raja yang berasal
dari Asia Tengah, Keturunan Timur Lenk, seorang Turki-Mongol yang lahir di Kesh
(sekarang Syahr-i-sabz) pada tahun 1336. Ia dinilai sebagai seorang pemberani
dan Muslim fanatik. Timur Lenk pertama kali melakukan penyerangan ke India pada
tahun 1398. Meskipun ia tidak begitu berambisi untuk menguasainya. Karena itu
ia mengangkat Khizer Khan sebagai Gubernur di Multan sebagai wakilnya di India.
Setelah Timur Lenk meninggal dunia pada usia 70 tahun (1405 M), anaknya Shah
Rukh Mirza menjadi penggantinya. Penaklukan India yang sesungguhnya baru
dilakukan oleh Zahiruddin Muhammad atau Babur (1482-1530 M salah satu cucu
Timur Lenk).
Penguasa
Mughal Di India
No
|
Nama
|
Tahun
|
1
|
Zahiruddin Babur
|
1526-1530
|
2
|
Humayun
|
1530-1556
|
3
|
Akbar Syah
|
1556-1605
|
4
|
Jahangir
|
1605-1627
|
5
|
Syah Jehan
|
1627-1658
|
6
|
Aurangzeb
|
1658-1707
|
7
|
Bahadur Syah
|
1707-1712
|
8
|
Jihadur Syah
|
1712-1713
|
9
|
Farruk Siyar
|
1713-1719
|
10
|
Muhammad
|
1719-1740
|
11
|
Ahmad Syah
|
1748-1754
|
12
|
Alamgir II
|
1754-1759
|
13
|
Alam II
|
1759-1806
|
14
|
Akbar II
|
1806-1837
|
15
|
Bahadur Syah II
|
1837-1858
|
Penguasa-Penguasa di atas
merupakan padsyah, yaitu penguasa mutlak yang tidak bisa digantikan siapapun
selama masih hidup. Tidak seorangpun yang dapat mengkritik kekuasaan raja.
Kemajuan Masa
Kerajaan Mogul
Selain memperkenalkan
Islam pada India, mogul juga berjasa dalam pengembangan bidang, pendidikan,
keagamaan dan seni lukis, musik dan arsitektur. Di bidang pendidikan kita akan
mengenal khanqah atau pesantren yang dipimpin ulama atau wali. Selain banyaknya
khanqah , masa mogul ini juga identik dengan iklim pendidikan yang sangat
mendukung terbukti dengan banyaknya para penulis diantaranya Ghulbadan Bagun
yang menulis Biografi Humayun, Jahan Ara yang menulis Munis al-arwah. Hal ini
juga berkembang pada masa Akbar , dimana banyaknya buku yang muncul antara lain
Tarikh Alfi (Sebuah buku sejarah), Tuzk-i Baburi (Menguraikan kehidupan Babur),
Akbar Nameh (Biografi Akbar), Ainil Akbar (Pemikiran Akbar). Muntakib At
Tawarikh (Sebuah buku Sejarah).
Kemunduran
Masa Kerjaan Mogul
Kemunduran
Mogul dimulai pada awal 1754-1759 M dimana para pejabat mulai memperhatikan
kepentingannya sendiri bukan untuk mementingkan kerajaan dan masyarakatnya. Hal
seperti ini mempengaruhu stabilitas di bidang-bidang lainnya semacam di bidang
administrasi yang sistemnya mulai kacau balau. Hal ini diperparah dengan
kedatangan bangsa asing, seperti Inggris. Sebab-sebab lain yang menyebabkan
kemunduran kerajaan Mogul adalah:
- Terjadinya stagnasi pembinaan
militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah pantai tidak dapat dipantau
- Kemerosotan moral dan hidup
mewah di kalangan elite politik yang mengakibatkan pemborosan dan penggunaan
uang negara
- Pendekatan Aurengzeb yang
terkesan kasar dalam mendakwahkan agama
- Pewaris tahta pada paaroh
terakhir adalah pribadi-pribadi lemah
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sekitar 6000-5000 SM bangsa
Dravida datang ke India dari Asia Barat dengan kepercayaan bahwa Tuhat bersifat
abstrak. Mereka kemudian dianggap sebagai bangsa asli dari India. Pada abad ke
6 datang lah bangsa Aria dari Persia dengan membawa kepercayaan bahwa Tuhan
bersifat nyata, seiring bergulirnya waktu terjadilah perpecahan diantara
keduanya yang akhirnya dimenangkan oleh bangsa Aria. Oleh sebab itu bangsa Aria
memaksa bangsa Dravida untuk menganut kepercayaan mereka. Seiring berjalannya
waktu, kepercayaan ini berkembang menjadi agama Brahmana atau agama Hindu yang
kita kenal sekarang ini. Agama hindu pun melahirkan beberapa kasta, yakni kasta
Brahmana, kasta Ksatriya, kasta Waisa, dan kasta Sudra. Pada tahun 599 SM lahir
Mahawir yang mempeloperi lahirnya agama Jaina. Dasar dari agama Jaina ialah
meninggalkan kemewahan. Seiring berjalannya waktu agama ini melebur menjadi
satu ke dalam agama Hindu, kemudia pada tahun557 SM lahir Gautama Budha di
Kapilabastu, kaki gunung Himalaya yang menjadi tonggak awal berdirinya agama
Budha.
Ada 2 tahap masuknya Islam di India yaitu
melalui formal dan informal, Sejarah awal masuknya Islam secara formal di India
dapat dibagi dalam 4 tahap yaitu melalui Nabi Muhammad SAW Pada tahun 630-631 M,
Nabi mulai berhubungan dengan luar, dengan cara mengirim utusan dan menerima
kunjungan baik dalam negeri maupun dari luar negeri. Pada masa ini, Cheraman
Perumal, Raja Kadangalur dari pantai Malabar yang telah memeluk agama Islam
datang mengunjungi Nabi. Melalau Khulafaur Rasyidin dan Dinasti Umayah Usman
bin Affan, telah dikirim utusan yang dipimpin oleh Hakim bin Jabalah untuk
meninjau keadaan wilayah India yang luas tersebut.. Inilah awal mula
menyebarnya Islam ke India melalui jalan darat. Sejak saat itu India menjadi
perhatian dan minat orang-orang islam
yang secara berangsur-angsur menjalin hubungan kesana. Mahmud Ghaznawi
meninggal pada tahun 1030 M dalam usia 60 tahun dikota Ghazni. Banyak ahli
sejarah dan bangsa Eropa mengakui kebesaran Mahmud melebihi Alexander Agung,
karena Alexander setelah meninggal tidak ditemui jejaknya. Mahmud Ghaznawi
meninggalkan jejak yang paling kokoh di India, yaitu pengaruh Islam dan
kebudayaan yang kelak kemudian hari diikuti kerajaan-kerajaan Islam lain. Muizzuddin
Muhammad bin Sam atau yang lebih populer dengan nama Muhammad Ghuri menjadi
penguasa Ghazni pada tahun 1173 M. Muhammad Ghuri adalah orang yang ambisius
dan menginginkan tanah India menjadi tanah Muslim atas kegagahanya dan
penakhlukan yang dimana-mana banyak daerah jajahan yang menjadi Islam.
Sedangkan informal melalui perdagangan yang dilakukan oleh orang india dan
arab, dibawa oleh alim ulama, sufi, waliullah, dan pasukan-pasukan Islam dari Arab, dan perkawinan antara orang india
Hindu dan Muslim
Sultan yang tidak
mendapatkan pengakuan dari khalifah dianggap tidak sah (legitimate). Muhammad
bin asim adalah utuan Hajjaj untuk menaklukan Sind. Hajaj adalah gubernur
jenderal yang berkuasa di wilayah timur (al masyriq) yang bertanggung jawab
kepada khalifah al-Walid II. Perwakilan khalifah di India adalah Sultan yang
menerima pelimpahan kekuasaannya. Tetapi selang beberapa lama Sultan menjadi
kuat dan jarak yang jauh mengakibatkan khalifah tidak lagi mungkin menerapkan
kebijakannya. Kerajaan dibagi dalam sejumlah propinsi,
masing-masing dipimpin olqeh seorang Gubernur atau wali. Gubernur bertugas
mengatur administrasi sipi dan militer di propinsinya. Jauh sebelum Islam
datang, India sudah dikenal oleh para pedagang sebagai tempat persinggahan.
Mereka membawa barang dagang dari India berupa hasil bumi, hasil industri
tekstil seperti pakaian tenun kain wol, kain moslin, dan kain sutera, hasil
industri pewarna dan tinta, industri gula, tembaga, batu dan batu bata, dan
industri kertas.
Mughal
terletak di India dan merupakan salah satu kerajaan atau pemerintahan yang
berjasa dalam perkembangan Islam di India. Islam masuk ke India pada tahun 15
sesudah wafatnya Nabi Muhammad SAW sampai pada abad 18. Selain memperkenalkan Islam pada India, mogul juga berjasa dalam
pengembangan bidang, pendidikan, keagamaan dan seni lukis, musik dan arsitektur.
Sebab-sebab lain yang menyebabkan kemunduran kerajaan Mogul adalah:
· Terjadinya stagnasi pembinaan militer sehingga operasi militer Inggris di
wilayah pantai tidak dapat dipantau
·
Kemerosotan moral
dan hidup mewah di kalangan elite politik yang mengakibatkan pemborosan dan
penggunaan uang negara.
·
Pendekatan Aurengzeb
yang terkesan kasar dalam mendakwahkan agama
·
Pewaris tahta pada
paaroh terakhir adalah pribadi-pribadi lemah
B.
Saran
Kami tahu bahwa makalah yang kami
susun ini belum lah sempurna, maka dari itu kami mohon memberikan kritik dan
saran terhadap makalah kami ini agar kami dapat membuat makalah yang jauh lebih
baik daripada ini. Terimakasih.
“DINASTI TURKI
USTMANI”
Oleh Kelompok
9 : Bastian Diaz M (131400)
Faizuddin
A (13140062)
Fajar
Gumilar (13140065)
Kelas : Ilmu Perpustakaan – B
Ilmu Perpustakaan dan Informasi
Fakultas Adab dan Ilmu Budaya
Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta
2014
ko referensinya gak di cantumkan ???
BalasHapus