Rabu, 02 Mei 2018

Mengarang Bebas : Gunung Api Purba Ngelanggeran (sedikit cerita)




Mengarang Bebas : Gunung Api Purba Ngelanggeran (sedikit cerita)

SQUAD

Aku (Fajar), Fachrue, Ibad, Hamzah, Asep Demong, iwan dan Candra (Anak Lampung yang ngekost di Yogyakarta) merencanakan akan mendaki Gunung Api Purba Ngelanggeran. Gunung Api Purba Ngelanggeran ini adalah gunung yang sudah ada sejak 60-70 juta tahun yang lalu, oleh karena itu di sebut gunung api purba. Gunung ini termasuk gunung berapi loh, tapi tenang saja sekarang sudah tidak aktif lagi kok. Gunung ini hanya memiliki ketinggian 700 mdpl cocok untuk pendaki pemula (jangan Tanya saya kenapa di sebut gunung bukan bukit).
Sebelum berangkat ke Gunung Api Purba Ngelanggeran kami tidak lupa mempersiapkan hal-hal yang di butuhkan yang antara lain kami membawa ayam (untuk di bakar, bukan untuk di adu), seperangkat bumbu masak, air mineral, kopi sachet dan sepucuk gitar untuk hiburan kami di atas. 19.30 kami melakukan perjalanan dari sekertariat (tempat nongkrong) kami di Burjo Tetep Demen Balirejo, baru sampai Gedong Kuning tepatnya sebelum SPBU Ketandan, motor yang di kendarai bro Iwan mogok, entah karena motornya marah tidak di kasih uang jajan atau apalah yang jelas tidak mau hidup lagi. Jadi kami memutus kan untuk menderek motor bro Iwan ke kost nya dia kembali, alhasil hanya kita ber 6 saja yang jadi ikut pergi ke Gunung Api Purba Ngelanggeran karena bro Iwan tidak jadi ikut karena motor mogok atau entah ada alasan lainnya.
MAPS (Burjo-Ngelanggeran)

Kemudian perjalanan di lanjutkan, tidak sampai satu jam (24 KM) kita sudah sampai di loket Gunung Api Purba Ngelanggeran. Kemudian bro Hamzah memesan tiket untuk pendakian ke atas Gunung Api Purba Ngelanggeran. Karena saya di bayarin jadi tidak tahu berapa harga tiket naik Gunung Api Purba Ngelanggeran tersebut, ya mungkin kira-kira Rp. 20,000. Tiket sudah di tangan dan tanpa basa basi busuk kami ber 6 langsung saja naik dengan kekuatan penuh, namun tidak berapa lama bro candra (orang gokil) kecapekan karena menanggung beban badan  yang begitu berat dan minta di tandu saja kebawah katanya. Kami memutuskan istirahat sejenak (setengah jam, berarti lama) sambil memainkan gitar yang kami bawa. Sudah 1 album lagu kami nyanyikan dan bro Fachru berusaha membujuk bro candra untuk melanjutkan perjalanan.
Dan akhirnya pun kami melanjutkan perjalanaan dan memutuskan untuk berhenti di POS 2. Sesampainya di POS 2, bro Hamzah mengeluarkan ayam dari tasnya, dan tanpa basa basi juga kami langsung membakarnya (di olah dan di masak menurut kaidah per koki an). Dalam hal bakar-bakar ini kami pun membagi tugas, bro Fachru sebagai seksi per api an, bro Hamzah sebagai seksi per koki an, bro Asep Demong sebagai seksi per areng an, bro Ibad sebagai seksi Pencahayaan, bro Candra sedang tepar tak berdaya dan saya sendiri  bertindak  sebagai penonton. Akhirnya ayam bakar pun siap di sajikan lalu kami santap bersama-sama dengan terlebih dahulu berdo’a tentunya.

MABAR (Makan Bareng)

Makanan pun cepat habis, dan bro Asep Demong mengkode (ngopi apa ngopi, diem diem bae, ngopi ngapa) itu tandanya kurang kopi, dan akhirnya kami pun  membuat kopi. Btw kami tidak membawa tenda karena persiapan yang terlalu mepet dan melihat cuaca yang mungkin cerah esoknya. Pukul 23.00-05.00 kami isi dengan gitaran, gossip, bullying, balap lari, dan lain sebagainya sambil menunggu matahari terbit. Kami pun berfoto ria dengan di sambut oleh gerombolan kera yang sedang mencari makan yang membuat kami sedikit ketakutan, namun tidak untuk bro Asep Demong dia santai saja.
Abaikan Sarung Warna PINK

 
Setelah ber foto ria kami pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke puncak hanya saja aku, bro Asep, bro Ibad, dan bro Hamzah saja yang ikut ke puncak, sedangkan bro Fachrue dan bro candra menunggu di POS 2. Setelah sampai puncak, kami pun istirahat sejenak dan mengingat matahari sudah terik maka kami pun memutuskan untuk kembali ke POS 2. Setibanya di POS 2 kami heran ternyata ada bapak-bapak yang jualan minuman dingin, yah memang kalau pagi sudah ada yang jualan minuman dingin disini. Karena rindu minuman dingin (biasanya beli di burjo) lantas kami pun membelinya dan lagi-lagi saya di bayarin. Setelah beberapa saat dan kami pun sudah puas berfoto ria , kami pun memutuskan untuk pulang dan menceritakan keseruan ini kepada bro Iwan dan tentu saja membully nya karena dia tidak ikut. Bye wkwkw
Saat Terusir dari Tempat Nongkrong oleh Gerombolan Kera

Jepretan



Rabu, 25 Mei 2016

Pembinaan Minat Baca Melalui Perpustakaan Umum dan Sekolah

User Education ALUS Goes to School Java Tour di MAN Buntet Pesantren Cirebon
 Pembinaan Minat Baca Melalui Perpustakaan Umum dan Sekolah
Perpustakaan sebagai suatu perangkat pendidikan, secara langsung memang sulit dilihat manfaat yang dihasilkannya.sekolah tanpa perpustakaan tetap berjalan dengan lancar.
1.1.1   Minat Baca Masyarakat
Terdapat kaitan erat antara perpustakaan, perbukuan, dan kebiasaan membaca masyarakat antara satu dengan yang lain saling tunjang menunjang. Perpustakaan tidak berfungsi apabila ketiadaan buku-buku atau masyarakat tidak mau membaca dan menggunakan perpustakaan. Masyarakat juga tidak akan gemar atau terbiasa membaca bilamana perpustakaan tidak terbina dan berkembang secara wajar. Buku-buku sulit di dapat dan masih dianggap barang mewah karena harganya terlalu mahal sehingga tidak tersebar luas ke masyarakat atau pedesaan.
Disinilah titik masalah yang tajam mengapa kebiasaan membaca masyarakat kita tergolong rendah. Sesungguhnya minat atau keinginan membaca masyarakat kita tetap ada, hanya tidak menjadi kebiasaan. Menurut Ayip Rosidi dalam Udang Sudarsana (2010) mengatakan “menurut hemat saya, kenyataan bahwa mereka masih membaca komik ataupun cerita-ceritauktikan secara gamblangbahwa pada dasarnya para pelajar itu mempunyai minat yang cukup menggembirakan akan membaca. Bahwa mereka membaca komik dan cerita-cerita hiburan yang bersifat pornografis, sebabnya adalah karena bacaac-bacaan itulah yang tersedia”.
1.1.2   Pembinaan Minat Baca Masyarakat Melalui Perpustakaan
Perpustakaan umum baik yang berupa perpustakaan provinsi, perpustakaan kabupaten/kota, perpustakaan desa, maupun perpustakaan keliling disediakan sebagai sarana public service yang dapat mendorong kegemaran dan kebiasaan membaca guna menambah pengetahuan masyarakat untuk memajukan kesejahteraan pribadi, memajukan pendidikan seumur hidup, ekonomi, serta sosial. Pelayanan yang diberikan tidak terbatas pada orang-orang tertentu saja, akan tetapi semua orang, semua golongan, semua golongan atau lapisan masyarakat baik petani, nelayan, pengusaha, buruh, pegawai, siswa, mahasiswa dan sebagainya baik anak-anak, remaja, tua, muda, laki-laki, perempuan, masyarakat kota maupun desa, dan sebagainya.
Berbicara mengenai pembinaan pemakai perpustakaan umum, berarti membicarakan bagaimana menghadapi, membimbing, dan membina mereka agar akrab dengan buku dan perpustakaan sehingga mempunyai keinginan secara berkelanjutan untuk mengunjungi dan membaca semua jenis bahan bacaan yang terssedia diperpustakaan baik berupa buku, majalah, surat kabar, brosur atau selebaran, maupun bahan-bahan lainnya.
Pembinaan pemakai perpustakaan yang sangat mendalam adalah adanya pelayanan yang betul-betul dapat menjamin ketertiban administrasi, peredaran buku yang wajar dan merata, keamanan semua bahan pustaka, penumbuhan rasa disiplin anggota terhadap penggunaan perpustakaan, tertanamnya rasa tanggung jawab bersama antara pustakawan dan pemakai dalam menggunakan perpustakaan, dan sebagainya. 
Apabila diamati upaya-upaya apa yang perlu dilaksanakan dalam membina minat baca pemakai perpustakaan umum maka ada tiga faktor yang menjadi sasaran, yaitu sebagai berikut:
1.    Faktor pembinaan pemakai jasa perpustakaan melalui usaha-usaha, yaitu sebagai berikut:
a.    Menarik minat bacaatau perhatian masyarakat akan arti dan pentingnya perpustakaan melalui promosi perpustakaan dengan media massa dan sejenisnya.
b.    Menanamkan minat dan kebiasaan membaca dengan penyediaan bahan-bahan bacaan yang bersifat hiburan, ringan, dan santai.
c.    Memberikan pelayanan sebaik-baiknya sehingga setiap mereka datang ke perpustakaan merasa diperhatikan, disediakan kebutuhan bacaannya, di bantu, di bimbing dan sebagainya.
d.   Dalam menggunakan perpustakaan, para pemakai selalu mendapat bimbingan terutama dalam menemukan keperluan bahan bacaan mereka.
e.    Hubungan serta kerja sama yang baik antara pemakai dan pustakawan di bina secara terus-menerus.
2.    Faktor pembinaan sikap pustakawan selaku pengelola perpustakaan antara lain:
a.    Tertanam rasa tanggung jawab terhadap tugas dan mampu mengembangkan tugas yang ada.
b.    Penuh inisiatif, aktif, kreatif, progresif, dalam memajukan perpustakaannya agar terlihat eksistensi perpustakaannya di masyarakat.
c.    Mempunyai sikap yang ramah, sopan, membimbing, membantu, dan tidak pernah jemu dengan tugas.
d.   Adanya kerja sama yang baik antara sesama pustakawan dan antara pustakawan dengan pemakai perpustakaan.
3.    Faktor pembinaan fisik perpustakaan sebagai sarana baca antara lain:
a.    Perpustakaan harus betul-betul terlihat eksistennya di masyarakat dengan keadaan yang dimilikinya.
b.    Aktivitas perpustakaan menunjukan bahwa perpustakaan benar-benar sebagai sarana mencerdaskan kehidupan bangsa, sumber informasi, tempat rekreasi, tempat membaca yang murah dan mudah, tempat belajar seumur hidup bagi semua golongan, tingkatan usia, dan sebagainya.
c.    Penyediaan bahan-bahan bacaan secara lengkap sesuai dengan kebutuhan masyarakat pemakai.
d.   Pengadaan fisik perpustakaan yang menarik dan menyenagkan sesuai dengan keadaan yang dimilikinya.
e.    Penyediaan informasi tentang bahan-bahan bacaan berlangsung secara tetap dan mutakhir.
f.     Kegiatan-kegiatan yang melibatkan pemakai, seperti diskusi, pemilihan anggota teladan, pembaca terbaik, dan sebagainya berlangsung secara terencana dan tetap.
g.    Sistem pelayanan perpustakaan menjamin kemudahan pemakai, menanamkan rasa tanggung jawab pemakai, dan menjamin keamanan semua bahan bacaan serta loyalitas.
h.    Kerja sama antara perpustakaan sejenis maupun dengan lembaga atau instansi lainnya agar terjalin dengan baik.

Ketiga faktor tersebut harus dibina secara seimbang dan bilamana tidak maka dapat mengakibatkan perpustakaan tidak berfungsi.
1.2    Pentingnya Perpustakaan Sekolah
Perkembangan sistem pendidikan dewasa ini, dihadapkan kepada tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks. Untuk itu, adanya kebutuhan akan bahan-bahan pengajaran sangatlah berperan penting sebagai sarana untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal. Peran serta perpustakaan sekolah dapat memberikan andil dalam menunjang program kegiatan intrakulikuler dan ekstrakulikuler di sekolah. Adapun tanggung jawab sekolah adalah menanggung kewajiban fungsional terhadap kelangsungan dan perkembangan hidup masyarakat, yaitu dengan jalan penyiapan dan pembinaan warga masyarakat sehingga memiliki kemampuan dan pribadi yang di harapkan.
Dalam melaksanakan fungsi pendidikan di sekolah sedikit banyak di pengaruhi oleh hal-hal berikut ini.
1.    Pengalaman seseorang di dalam lingkungan masyarakat, misalnya dengan pergaulan di dalam masyarakat, jenis-jenis bacaan dan tontonan serta kegiatan yang ada pada masyarakat sangat berpengaruh terhadap fungsi pendidikan yang dimainkan oleh sekolah terhadap diri seseorang.
2.    Sedikit banyak serta fungsional tidaknya pendayagunaan sumber-sumber belajar di masyarakat. Kekayaan sumber-sumber belajar di tengah-tengah masyarakat seperti adanya narasumber atau pakar, perpustakaan umum, museum, peredaran koran atau majalah, serta sumber-sumber belajar lainnya.
Selain sumber yang didapatkan di luar sekolah, sumber utama dalam belajar di sekolah adalah perpustakaan, karena perpustakaan sekolah merupakan sumber dari segala kegiatan belajar dan mengajar. Perpustakaan yang diselenggarakan di sekolah berguna untuk menunjang program belajar mengajar di lembaga pendidikan formal tingkat sekolah baik sekolah dasar maupun sekolah lanjutan. Apalagi dalam sistem pendidikan modern, fungsi perpustakaan di sekolah adalah untuk:
1.    Membantu meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran.
2.    Menyediakan bahan-bahan bacaan dan audio visual guna membantu kegiatan kurikuler dan ekstrakulikuler.
3.    Membina anak didik ke arah gemar membaca, belajar, cara bagaimana belajar yang efisien agar tercapai tingkat pendidikan seumur hidup.
4.    Memberikan penjelasan guna kepenting perkembangan kecerdasan, kecakapan, keterampilan, dan daya kreasi baik anak didik.

Perpustakaan memiliki kedudukan yang utama di dalam setiap program pendidikan sebagai the heart of the educational program. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, Ase S. Muchydin dalam Udang sudarsana (2010:6.25). mengemukakan bahwa perpustakaan sekolah mempunyai peranan yang penting di dalam menunjang sistem dan program pendidikan sekolah. Agar dapat terealisasi menuntut pustakawan bisa memahami dan menemukan kebutuhan-kebutuhan, baik yang berkaitan dengan program sekolah maupun kebutuhan setiap individu. Hal-hal yang berhubungan denagn program sekolah antara lain, tujuan pendidikan sekolah, kurikulum sekolah, metode, dan teknik pengajaran yang dilakukan guru. Sedangkan hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan individu antara lain minat dan bakat seseorang, tingkat kemampuan dan cara belajar seseorang, serta masalah-masalah umum yang berkaitan dengan kegiatan ekstrakulikuler.
Perpustakaan sekolah merupakan perpustakaan jasa. Oleh karena itu, harus menyediakan akses terbuka bagi semua dokumen. Untuk mencapai tujuannya, perpustakaan harus menyediakan berbagai macam jasa, demikian pula perpustakaan sekolah harus memberikan jasa sebagai berikut.
1.    Orientasi perpustakaan bagi murid baru.
2.    Jasa bimbingan pembaca.
3.    Sirkulasi.
4.    Panduan menggunakan katalog.
5.    Panduan menelusuri dan menentukan lokasi buku.
6.    Panduan menggunakan buku rujukan (referensi).
7.    Penyediaan informasi sesuai dengan permintaan.
8.    Penyediaan vertical files berisi pamflet, laporan karya tulis, kliping surat kabar, dan sebagainya.
9.    Pameran buku dan bahan lain.
10.     Menyelenggarakan perdebatan buku atau pembicaraan buku.
11.     Pinjam antar perpustakaan.
Perpustakaan sekolah harus menjadi pusat kegiatan yang berlangsung di sekolah. Siswa dapat menggunakannya untuk keperluan pendidikan, informasi, rekreasi, inspirasi, dan sebagainya. Siswa dapat menggunakannya untuk keperluan pekerjaan rumah, membaca pararel, yaitu membaca sejajar dengan bahan yang diterimanya di kelas, dan tindak lanjut lainnya. Dia dapat memperoleh informasi tentang kegiatan yang berlangsung di luar kurikulum seperti pramuka, pelajaran agama, pesta sekolah, dan sebagainya. Bagi siswa yang ingin mengikuti perlombaan karya ilmiah remaja atau diskusi, dia dapat menggunakan jasa perpustakaan.
Perpustakaan sekolah diadakan bukan lagi hanya sekadar melayani selera para siswa untuk membaca buku-buku, tetap perpustakaan itu sendiri harus dapat membantu para siswa mengasah otak, memperluas dan memperdalam pengetahuan, melahirkan kecekatan, serta membantu siswa dalam aktivitas-aktivitas yang kurikuler dan ekstrakulikuler. A.S Nasution dalam Sudarsana (2010:6.26) mengemukakan, bahwa tujuan dari perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut:
1.    Membantu para pelajar melaksanakan penyelidikan dan mencari keterangan-keterangan yang lebih luas dari pelajaran yang di dapatnya di dalam kelas. Perpustakaan harus dapat memberikan bahan-bahan yang dapat memperkaya pelajaran dengan menyediakan buku-buku, pamflet-pamflet, gambar-gambar, dan sebagainya.
2.    Dari sumber-sumber pengetahuan yang beraneka ragam itu, seorang siswa dapat mengetahui bahwa berbagai informasi dapat diberikan dengan cara yang berbeda-beda.
3.    Perpustakaan yang baik juga dapat membantu seorang siswa mengembangkan kegemarannya.
4.    Perpustakaan sekolah harus menyebarkan ke seluruh sekolah bahan-bahan bacaan yang bernilai dan cocok dengan selera dan daya baca anak-anak untuk memupuk kebiasaan membaca.
5.    Perpustakaan yang dipimpin dan di atur dengan baik, juga memberikan pendidikan tanggung jawab kepada seorang siswa.

Keberadaan perpustakaan di sekolah maupun di kampus merupakan sesuatu yang wajib, karena Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional, khususnya pasal 35 dan penjelasannya telah menegaskan bahwa perpustakaan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting, yang memungkinkan para tenaga kependidikan dan para peserta didik memperoleh kesempatan untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan dengan membaca bahan pustaka yang mengandung ilmu pengetahuan yang diperlukan. Pembinaan minat baca merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab perpustakaan sekolah.
2.3.1.      Peran Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan titik sentral dari seluruh kegiatan sekolah. Kepala sekolah sebagai pucuk pimpinan mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap kelancaran proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah yang dipimpinnya. N.A Ametembun (1982: 4)mengemukakan tentang peranan Kepala Sekolah sebagai berikut.
1.      Sebagai administrator sekolah yang tugasnya mengatur segala sesuatu berjalan dengan baik dan lancar di sekolah yang dipimpinnya.
2.      Sebagai supervisor sekolah, yaitu membina agar segala sesuatu di sekolah berjalan lebih baik.
Tugas kepala sekolah sebagai administrator adalah mengkoordinasikan dan mendaya gunakan semua sumberhuman dan nonhuman yang ada dilingkungannya secara efektif untuk mencapai yujuan-tujuan sekolah yang dipimpinnya. Bidang garapan admistrasi ini meliputi aspek pengajaran, kesiswaan, alat-alat pengajaran, bangunan, perlengkapan sekolah, dan keuangan. Sedangkan tugas kepala sekolah sebagai pengawas adalah melakukan supervisi yang menyangkut pengwasan terhadap penyelenggaraan seluruh kegiatan administrasi sekolah dalam rangka usaha pembinaan perbaikan, dan peningkaytan situasi belajar-mengajar.
Dngan demikian, kepala sekolah sebagai administrator pendidikan mempunyai tugas dalam mengatur fasilitas pendidikan antara lain penyediaan sarana perpustakaan. Dalam penyelenggaraan perpustakaan sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab terhadap:
1.         Penyediaan dana;
2.         Pemenuhan fasilitas perpustakaan;
3.         Kerjasama;
4.         Evaluasi terhadap efisiensi dan efektifitas pelayanan perpustakaan.
Kepala sekolah mempunyai peran yang sangat penting dalam menyelenggarakan perpustakaan sekolah sehingga diharapkan dapat menstimulisasi guru dan siswa dalam proses belajar-mengajar dengan baik.
Pendekatan yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah dalam memberikan motivasi pada guru dan mendayagunakan perpustakaan antara lain:
1.         Tatap muka dengan guru dan siswa;
2.         Memberi contoh;
3.         Wawancara dengan para pemakai perpustakaan;
4.         Memberikan pengarahan pada waktu dikelas maupun pada upacara sekolah.
Sebagai orang pertama di sekolah, kepala sekolah harus mampu memberikan dorongan kepada guru dan siswa untuk senantiasa mendayagunakan sumber-sumber belajar yang tersedia diperpustakaan. Kepala sekolah juga perlu mengajak dan memotivasi orangtua siswa untuk dapat memahami kondisi proses belajar mengajar disekolah dan memberikan penekanan tentang peran serta orangtua, khususnya dalam memberikan bimbingan belajar kepada putra-putrinya dirumah.
2.3.2.      Peran Guru
Guru adalah orang yang bergaul setiap hari secara langsung dengan siswa dikelas melalui proses belajar mengajar. Penggayaan proses belajar-mengajar dikelas hanya akan terjadi apabila guru pandai mengguakan peluang dan kesempatan agar siswa senantiasa aktif mengikuti pelajaran dengan menyertakan berbagai sumber belajar yang tersedia dan mungkin untuk didayagunakan. Sumber-sumber belajar di perpustakaan merupakan kelengkapan belajar utama yang paling mungkin untuk didayagunakan dalam proses belajar-mengajar dikelas. Untuk kepentingan ini, guru dapat mengaplikasikannya melalui penggunaan berbagai pendekatan dalam metode pengajaran.
Guru sebagai salah satu sumber daya dalam administrasi pendidikan dapat turut mengintegrasikan perpustakaan dalam proses mengajarnya. Guru membantu puetakawan dalam hal memberikan informasi tentang hubungan perpustakaan dengan pengajaran yang diberikan dikelas. Guru dapt memberikan tugas-tugas tertentu kepada siswa, baik secara idividual maupun secara kelompok. Selain itu, guru turut serta dalam membantu mengembangkan minat baca siswa dan melakukan pengayaan pengetahuan siswa yang tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang diperoleh dikelas.
Guru harus mempunyai kriteria seperti yang dikemukaakan oleh Nasution (1982:12) sebagai berikut.
1.         Memahami dan menghoramati murid.
2.         Menguasai bahan pelajaran yang diberikannya.
3.         Menyesuaikan metode mengajar dengan bahan-bahan pelajaran.
4.         Menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan individu.
5.         Mengaktifkan murid dalam hal belajar
6.         Memberikan pengertian dan bukan hanya kata-kata belaka.
7.         Mampu menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan murid.
8.         Mempunyai tujuan tertentu dengan setiap pelajaran yang diberikannya.
9.         Tidak terikat oleh suatu textbook.
10.     Tidak hanya mengajar melainkan senantiasa membentuk pribadi anak.

Tampak jelas bahwa guru yang mengajar adalah sesorang yang memebimbing aktivitas siswa untuk mencapai sesuatu yang ingin dikuasai dan ingin diketahuinya. Selain itu, guru membimbing siswa untuk memperoleh gambaran dan pengalaman hasil dari interaksi dengan lingkungannya, karena lingkungan sangat berpengaruh kepada siswa yang sedang dalam proses belajar. Lingkungan belajar itu asangat luas baik di dalam maupun di luar sekolah. Di luar sekolah proses belajar siswa dipengaruhi oleh orangtua, teman sebaya, ataupun anggota masyarakat lain, dan lingkungan belajar lainnya seperti suasana, kondisi, dan alat-alat yang menunjang belajar. Lingkungan disini adalah lingkungan dalam sekolah yaitu aspek-aspek kurikulum yang membentuk pengalaman siswa. Kurikulum sebagaimana diketahui adalah segala sesuatu yang mempengauhi belajar siswa.
Sebagai pengajar, guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa sesuai dengan rencan peajaran yang telah ditetapkan, dengan kata lain guru adalah penyampaian informasi pengetahuan kepada siswanya. Oleh karena itu, guru tidak bisa melepaskan diri dari penggunaan perpustakaan sebagai tempat segala macam informasi. Guru melakukan kegiatan yang berhubungan dengan perpustakaan seperti berikut ini.
1.        Mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk kepentingan mengajar dikeals.
2.        Mempelajari bahan-bahan yang berhubungan erat dengan bidang yang diajarkannya, untuk bahan komparasi dan memperluas horizon pengetahuannya.
3.        Mencari bahan-bahan dan informasi untuk memperdalam dan meningkatkan profesi dan pengetahuan umum.
4.        Mencari bahan-bahan untuk mempersiapkan kertas kerja, pertemuan, diskusi, penataran, seminar, dan lain-lain.
5.        Mempelajari ilmu pengetahuan yang berhuungan dengan kedudukannya dalam masyarakat dan lingkungan keluarga.
6.        Untuk memberikan bimbingan dan tugas kepada murid-muridnya sesuai dengan program pengajaran yang sedang dilakukan dan dilaksanakan.
7.        Mempelajari ilmu pengetahuan dan informasi yang mutakhir.
8.        Berkonsultasi degan pustakwan tentang tingkat da minat membaca para siswanya, dan lain-lain. (Muchyidin, 1977;112).
Guru adalah pembimbig dan motivator bagi siswa. Siswa sebagai objek sekaligua sebagai subjek pendidikan menerima pelajaran yang diberikan oleh guru. Dalam proses pendidikan, siswa harus lebih banyak dinilai sebagai subjek, karena siswa diharapkan dapat mengembangkan diri dalam upaya-upayanya untuk memebentuk pribadi sebagai manusia yang diharapkan oleh tujuan pendidikan. Siswa dapat mengembangkan diri antara lain dengan cara harus bersifat aktif. Aktivitas ini biasanya timbul karena adanya rangsangan dari guru, orangtua, dan masyaraakat sekitarnya, sarana atau balai pendidikan serta sistem pendidikannya. Salah sstu sarana pendidikan yang diharapkan mampu merangsang dan meningkatkan aktifitas siswa adalah perpustakaan, karena perpustakaan sekolah berguna bagi siswa untuk:
1.        Mencari bahan-bahan yang sedang dipelajari atau dibahas dikelas.
2.        Mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru
3.        Melaksanakan proyek, unit lesson, dan sebagainya.
4.        Membaca buku-buku, majalah, dan materi tercetak lainnya untuk mengisi waktu senggang.
5.        Mencari contoh-contoh, baik gambar ataupun berupa model yang berkaitan dengan pelajaran. (Muchyidin, 1977:13).
Guru tidak semata-mata menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa, akan tetapi mengkoordinasikan lingkungan dengan sebaik-baiknya dan menyediakan fasilitas belajar yang memadai serta memberikan dorongan kepada siswa untuk berpikir kreatif dalam menghadapi hal-hal yang harus dipelajari sehingga memungkinkan proses belajar mengajar mencapai hasil yang baik.
Sebagai upaya guru dapat memotivasikan siswa agar mau mendaya gunakan perpustakaan dapat menempuh cara antara lain dengan:
1.        Membatasi metode ceramah dan memberikan waktu yang cukup pada siswa unuk mencari bahan-bahan bacan sendiri sebagai penunjang pembicaraan pokok bahasan tertentu;
2.        Memberikan tugas pada kelompok kecil kecil untuk melakukan penelitian sederhana.
3.        Memberikan contuh untuk mengunjungi dan memanfaatkan perpustakaan.
4.        Memberikan tugas pada siswa untuk menilai buku yang dibacanya.
5.        Mengadakan kerjasama dengan pustakawan.

Dalam sistem pendidikan modern, guru ikut mempengaruhi perkembanganperpustakaan sekolah. Sebagai pengajar, guru memberikan saran-saran yang baik kepada pustakawan untuk meningkatkan mutu layanan perpustakaan. Kedududkan guru dalam kegiatan kerjasama dengan pustakawan ditunjukkan untuk merangsang minat baca dan belajar siswa di perpustakaan. perpustakaan akan lebih efektif bagi proses belajar mengajar apabila aguru melibatkan diri pada program perpustakaan, walaupun guru hanya datang ke perpustakaan untuk membaca namun merupakan pendorong bagi siswa membiasakan diri berkunjung ke dan mendayagunakan perpustakaan. Dorongan yang bisa diberikan oleh guru kepada siswa bisa dengan jalan seperti berikut.
1.        Siswa ditugaskan untuk mencari informasi dengan menggunakan koleksi atau sumber bacaan yang ada di perpustakaan.
2.        Siswa ditugaskan untuk membuat rangkuman isi buku dan membuat laporannya untuk melatih siswa agar dapat menangkap isi yang tersirat dalam buku yang dibaca.
3.        Siswa ditugaskan untuk mendatangi perpustakaan pada jam-jam tertentu untuk lebih mengenal koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan dan belajar mengelola perpustakaan.
4.        Siswa ditugaskan untuk membuat daftar pustaka .
5.        Siswa ditugaskan untuk membuat makalah denagn jalan menggunakan literatur yang ada diperpustakaan sekolah sebagai penunjang tugasnya.
2.3.3        Peran pustakawan sekolah
Staf perpustakaan sekolah adalah orang-orang yang secara fungsional mempunyai tanggung jawab baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap pelayanan perpustakaan. Terutama pustakawan dan petugas perpustakaan, tidak hanya menunggu koleksi tetapi yang paling utama adalah bagaimana perpustakaan itu dapat berdaya guna bagi pengembangan siswa pada umumnya, dan dapat memperkaya proses belajar mengajar di sekolah khususnya. Pelayanan merupakan kunci sukses dalam penyelenggaraan perpustakaan.
Oleh karena itu, merupakan tanggung jawab profesional  petugas perpustakaan untuk senantiasa memiliki motivasi yang kuat, wawasan yang luas, dan senantiasa berupaya secara aktif agar dapat melaksanakan pelayanan sebaik-baiknya. Sehingga penyelenggaraan perpustakaan dapat berjalan seoptimal mungkin dengan hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pustakawan harus mampu memberikan pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan para pemakai, dimana siswa sebagai pihak yang paling berkepentingan untuk dilayani perlu mendapatkan pelayanan yang memadai. Selain itu, petugas perpustakaan harus berupaya agar pendayagunaan perpustakaan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan belajar mengajar yang yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan sehari-hari. 
Program perpustakaan sekolah erat hubungannya dengan the educational goal dari sekolah yang bersangkutan sehingga mau tidak mau pustakawan mempunyai tugas dalam pembinaan kurikulum maupun prosedur-prosedur pengajaran. Seorang pustakawan adalah seorang pendidik, karena pustakawan juga mempunyai tanggung jawab yang sama yaitu agar anak didik menjadi manusia yang berguna. Menyadari pentingnya pustakawan sebagai penggerak perpustakaan sekolah maka untuk menunjang keberhasilan pelayanan perpustakaan perlu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, diantaranya pengaturan dan penataan ruangan perpustakaan disamping menyediakan koleksi yang cukup agar siswa terdorong untuk belajar di perpustakaan.
Hal ini merupakan tugas pustakawan untuk membina perpustakaannya agar dapat berungsi sebagai pusat kegiatan belajar mengajar.  Ratnaningsih dalam Engkos Koswara (1998 : 300) menyatakan Peran proaktif pustakawan berkaitan dengan upaya menumbuhkan minat baca masyarakat sejak dini, memang utamanya dilakukan oleh pustakawan yang bekerja di perpustakaan yang melayani anak-anak. Pustakawan harus mampu mengajar, membimbing, serta memberi contoh pada anak-anak antara lain :
1.    Menata ruang baca anak sedemikian menarik, menyenangkan, dan nyaman, baik untuk kemudahan akses maupun interiornya agar anak tertarik untuk datang dan melihatnya.
2.    Mengenalkan buku-buku gambar dan bacaan apa saja yang baik dan sesuai dengan jenjang usia dan pendidikan kelompok anak yang dibimbingnya.
3.    Bercerita dari buku-buku yang baik dengan teknik yang menarik, untuk anak yang sudah dapat membaca tidak perlu sampai selesai ceritanya, kelanjutanya cerita tersebut disusruh menbaca sendiri. Sedangakan bagi kelompok yang belum bisa membaca, cerita sebaiknya dibacakan sampai selesai agar mereka benar-benar mengetahui jalan ceritanya dan suatu ketika diminta untuk memerankan tokoh-tokoh dalam cerita tersebut, dengan bimbingan pustakawan.
4.    Melatih anak untuk mencatat hal-hal yang menurut mereka menarik.
5.    Menginstrusksikan pada anak untuk saling menukar catatan atau cerita antar kelompok kemudian masing-masing kelompok membacakan bagi kelompoknya.
6.    Melatih mereka untuk membuat catatan harian secara rutin tentang kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan.
7.    Pustakawan dalam melakukan bimbingan dan latihan ini secara teratur, terjadwal, dan waktunya cukup.
Serangkaian upaya juga dapat dilakukan oleh pustakawan untuk memotivasi siswa agar mau mendayagunakan perpustakaan, seperti:
1.    Menyediakan bahan pustaka yang sesuai dengan kebutuhan pemakai.
2.    Memperpanjang jam buka pepustakaan.
3.    Mengadakan promosi perpustakaan melalui pameran buku.
4.    Mengadakan kegiatan booktal pada jam-jam tertentu.

5.    Memberi hadiah pada siswa perkelas yang rajin memanfaatkan koleksi perpustakaan.


DAFTAR PUSTAKA

Sudarsana, Udang. 2010. Pembinaan Minat Baca. Jakarta : Universitas Terbuka