Mengarang Bebas : Gunung Api Purba Ngelanggeran (sedikit cerita)




Mengarang Bebas : Gunung Api Purba Ngelanggeran (sedikit cerita)

SQUAD

Aku (Fajar), Fachrue, Ibad, Hamzah, Asep Demong, iwan dan Candra (Anak Lampung yang ngekost di Yogyakarta) merencanakan akan mendaki Gunung Api Purba Ngelanggeran. Gunung Api Purba Ngelanggeran ini adalah gunung yang sudah ada sejak 60-70 juta tahun yang lalu, oleh karena itu di sebut gunung api purba. Gunung ini termasuk gunung berapi loh, tapi tenang saja sekarang sudah tidak aktif lagi kok. Gunung ini hanya memiliki ketinggian 700 mdpl cocok untuk pendaki pemula (jangan Tanya saya kenapa di sebut gunung bukan bukit).
Sebelum berangkat ke Gunung Api Purba Ngelanggeran kami tidak lupa mempersiapkan hal-hal yang di butuhkan yang antara lain kami membawa ayam (untuk di bakar, bukan untuk di adu), seperangkat bumbu masak, air mineral, kopi sachet dan sepucuk gitar untuk hiburan kami di atas. 19.30 kami melakukan perjalanan dari sekertariat (tempat nongkrong) kami di Burjo Tetep Demen Balirejo, baru sampai Gedong Kuning tepatnya sebelum SPBU Ketandan, motor yang di kendarai bro Iwan mogok, entah karena motornya marah tidak di kasih uang jajan atau apalah yang jelas tidak mau hidup lagi. Jadi kami memutus kan untuk menderek motor bro Iwan ke kost nya dia kembali, alhasil hanya kita ber 6 saja yang jadi ikut pergi ke Gunung Api Purba Ngelanggeran karena bro Iwan tidak jadi ikut karena motor mogok atau entah ada alasan lainnya.
MAPS (Burjo-Ngelanggeran)

Kemudian perjalanan di lanjutkan, tidak sampai satu jam (24 KM) kita sudah sampai di loket Gunung Api Purba Ngelanggeran. Kemudian bro Hamzah memesan tiket untuk pendakian ke atas Gunung Api Purba Ngelanggeran. Karena saya di bayarin jadi tidak tahu berapa harga tiket naik Gunung Api Purba Ngelanggeran tersebut, ya mungkin kira-kira Rp. 20,000. Tiket sudah di tangan dan tanpa basa basi busuk kami ber 6 langsung saja naik dengan kekuatan penuh, namun tidak berapa lama bro candra (orang gokil) kecapekan karena menanggung beban badan  yang begitu berat dan minta di tandu saja kebawah katanya. Kami memutuskan istirahat sejenak (setengah jam, berarti lama) sambil memainkan gitar yang kami bawa. Sudah 1 album lagu kami nyanyikan dan bro Fachru berusaha membujuk bro candra untuk melanjutkan perjalanan.
Dan akhirnya pun kami melanjutkan perjalanaan dan memutuskan untuk berhenti di POS 2. Sesampainya di POS 2, bro Hamzah mengeluarkan ayam dari tasnya, dan tanpa basa basi juga kami langsung membakarnya (di olah dan di masak menurut kaidah per koki an). Dalam hal bakar-bakar ini kami pun membagi tugas, bro Fachru sebagai seksi per api an, bro Hamzah sebagai seksi per koki an, bro Asep Demong sebagai seksi per areng an, bro Ibad sebagai seksi Pencahayaan, bro Candra sedang tepar tak berdaya dan saya sendiri  bertindak  sebagai penonton. Akhirnya ayam bakar pun siap di sajikan lalu kami santap bersama-sama dengan terlebih dahulu berdo’a tentunya.

MABAR (Makan Bareng)

Makanan pun cepat habis, dan bro Asep Demong mengkode (ngopi apa ngopi, diem diem bae, ngopi ngapa) itu tandanya kurang kopi, dan akhirnya kami pun  membuat kopi. Btw kami tidak membawa tenda karena persiapan yang terlalu mepet dan melihat cuaca yang mungkin cerah esoknya. Pukul 23.00-05.00 kami isi dengan gitaran, gossip, bullying, balap lari, dan lain sebagainya sambil menunggu matahari terbit. Kami pun berfoto ria dengan di sambut oleh gerombolan kera yang sedang mencari makan yang membuat kami sedikit ketakutan, namun tidak untuk bro Asep Demong dia santai saja.
Abaikan Sarung Warna PINK

 
Setelah ber foto ria kami pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke puncak hanya saja aku, bro Asep, bro Ibad, dan bro Hamzah saja yang ikut ke puncak, sedangkan bro Fachrue dan bro candra menunggu di POS 2. Setelah sampai puncak, kami pun istirahat sejenak dan mengingat matahari sudah terik maka kami pun memutuskan untuk kembali ke POS 2. Setibanya di POS 2 kami heran ternyata ada bapak-bapak yang jualan minuman dingin, yah memang kalau pagi sudah ada yang jualan minuman dingin disini. Karena rindu minuman dingin (biasanya beli di burjo) lantas kami pun membelinya dan lagi-lagi saya di bayarin. Setelah beberapa saat dan kami pun sudah puas berfoto ria , kami pun memutuskan untuk pulang dan menceritakan keseruan ini kepada bro Iwan dan tentu saja membully nya karena dia tidak ikut. Bye wkwkw
Saat Terusir dari Tempat Nongkrong oleh Gerombolan Kera

Jepretan